JAKARTA. Seorang lelaki bertopi, berpenutup wajah dan bersenjata menyatroni Hotel Intercontinental Carlton Cannes, Prancis, di siang bolong akhir Juli lalu. Ia keluar hotel dengan menggondol berlian seharga US$ 136 juta yang hendak dipamerkan. Ini adalah salah satu pencurian terbesar perhiasan.
Bloomberg melaporkan, perusahaan asuransi Lloyd asal Inggris yang menanggung risiko pameran perhiasan ini mengedarkan foto-foto perhiasan yang dicuri dan menawarkan imbalan US$ 1 juta atas informasi yang mengarah ke pencuri tersebut. Ini adalah bukti bahwa berlian tetap menjadi salah satu barang berharga yang menyilaukan mata meski harganya terus turun dalam dua tahun terakhir. Indeks berlian mingguan Rapaport, Senin (5/8), melemah 0,12% menjadi US$ 8.010 per karat dibanding seminggu sebelumnya.
Ini adalah harga terendah berlian pada tahun ini. Sejak pertengahan Juni, harga berlian terus turun hingga 4,08%. Harga berlian terus merosot hampir 6% dari US$ 8.507 per karat dalam setahun. Menurut Iskandar Husin, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusahaa Emas dan Permata Indonesia (APEPI), penurunan harga disebabkan oleh permintaan berlian yang terus menurun karena kondisi perekonomian dunia yang belum keluar dari zona negatif. "Krisis ekonomi yang melanda Eropa dan Amerika Serikat (AS) menyebabkan orang menjual berlian untuk kebutuhan laju
cash flow, sehingga
supply masih banyak tetapi permintaan turun," ujar Iskandar kepada KONTAN (15/4).
Rapaport Magazine melaporkan De Beers, produsen berlian terbesar kedua dunia, mencatat kenaikan produksi 6% pada semester pertama tahun ini menjadi 14,29 juta karat dibanding periode yang sama tahun lalu. Rio Tinto mencatat kenaikan produksi 20% menjadi 7,37 juta karat pada periode yang sama. Iskandar bilang, berlian masih memiliki prospek yang lebih bagus dibandingkan dengan emas kendati kondisi lesu. "Sebenarnya penurunan harga tak begitu banyak, dan tak semua berlian ikut turun, hanya spesifikasi yang besar yang cenderung terkena dampak," imbuh dia. Apalagi, memproduksi batu yang berkilau ini lebih sulit dibandingkan dengan emas, sehingga harga cenderung stabil dan tak sefluktuatif emas. Iskandar menambahkan, bila ingin menjadikan berlian sebagai investasi, investor sebaiknya menyimpannya dalam kurun 5-8 tahun. "Ledakan harga sempat terjadi sejak krisis moneter 2008 hingga kini. Kenaikan harga berlian begitu signifikan," ucapnya. Namun, untuk memilih berlian sebagai investasi, investor harus cermat dan memperhatikan 4C, yaitu
carat weight, clarity, colour, cut atau dari sudut berat karat, kejernihan, warna, dan potongan. "Minimal harus memiliki berat 0,3 karat, kualitas warna S dan kejernihan VS-1 dan VS-2. "Semakin putih dan jernih akan semakin mahal dan bagus harganya dibanding warna yang kusam atau buram," ujarnya. Potongan batuan pun ikut mempengaruhi harga si permata kinclong ini. Hanya saja, berlian memang belum mampu memikat pasar di Indonesia. Iskandar mengatakan, jika dibandingkan dengan emas, pertumbuhan pasar berlian masih sedikit, sekitar 5% per tahun. "Minat pasar emas dan berlian itu ibarat 90 berbanding 10. Harga berlian yang lebih mahal ketimbang emas, membuat orang lebih cenderung melirik emas," sebutnya.
Pengamat emas Leo Hadi Loe mengatakan, berlian lebih cenderung digunakan sebagai perhiasan ketimbang investasi. "Orang membeli berlian untuk kemewahan dan penampilan. Belum banyak yang membeli untuk disimpan sebagai investasi," ujarnya. Ditambah lagi, karakter pembeli di Indonesia memiliki kebiasaan untuk penjualan kembali. Sementara, berlian sebagai perhiasan jika dijual, harganya akan jatuh lebih besar ketimbang emas. Namun, berlian memberikan profit yang lumayan menggiurkan dibanding si kuning kemilau bagi para pedagang. "Untungnya bisa gede, sekitar 25% - 100%, tergantung jenisnya," tuturnya. Hanya saja, volume transaksi berlian cenderung lebih kecil ketimbang emas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati