KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor consumer goods atau barang konsumsi disebut-sebut menjadi sektor yang tangguh menghadapi tekanan inflasi tinggi. Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana bilang, performa kinerja emiten barang kebutuhan primer, seperti UNVR, ICBP, INDF dan MYOR tidak akan terpengaruh tekanan inflasi. “Bagaimanapun, produk-produknya pasti dibutuhkan masyarakat luas. Apabila terjadi penurunan harga, maka tepat untuk dilakukan buy on weakness,” kata Raditya kepada Kontan.co.id, Minggu (17/7).
Hitungan Raditya, nilai intrinsik saham UNVR sebesar Rp 5.400 per saham, ICBP senilai Rp 12.300, INDF Rp 9.800 dan MYOR Rp 2.500 per saham. Dia menyebut, keempat saham itu masih termasuk undervalue.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Panca Mitra Multiperdana (PMPP) dari Samuel Sekuritas Sementara itu, Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto menuturkan, dengan penurunan harga CPO drastis akan menjadi sentimen positif bagi UNVR dan MYOR. Berdasarkan data Bloomberg, harga CPO berada di RM 3.588 per ton pada Jumat (15/7). Asal tahu saja, harga CPO sempat melonjak ke level tertinggi RM 6.519 pada 29 April 2022 “Harga gandum juga turun 40% dari level tertinggi 2 bulan lalu, tentu positif untuk ICBP, ROTI dan MYOR karena profit margin akan membaik,” kata Pandhu. Di tengah perubahan kondisi marko, Pandhu menyebut, saham ICBP masih menarik seiring dengan harga bahan baku yang menurun sehingga berpotensi mengerek profit margin ICBP. Kemudian ada UNVR yang juga telah mengerek harga jual rata-rata sekitar 6% sejak awal tahun. Menurut Pandhu, kenaikan ini bisa diserap dengan baik sehingga bisa tercermin dari kinerja pada kuartal satu ini. “Jika laba ini dapat dipertahankan maka bisa dikatakan kinerja sudah sepenuhnya pulih ke level sebelum pandemi. Turunnya harga komoditas diharapkan semakin mendongkrak kinerja semester kedua nanti,” imbuh dia. Pandhu menghitung secara valuasi, saham ICBP diperdagangkan pada valuasi PER sekitar 14 kali. Sementara, rata-rata 5 tahun di sekitar 22 kali, PBV masih sekitar 3 kali dengan rata-rata 5 tahun sekitar 4,5 kali. Selain itu, dia juga menilai, saham UNVR masih termasuk rendah dengan PE di sekitar 23 kali, dibandingkan rata-rata 5 tahun sekitar 40 kali. Pandhu menyebut untuk 12 bulan ke depan, dia mematok harga UNVR di Rp 5.500 dan ICBP Rp 11.900 per saham. Dia menyarankan buy on weakness saham-saham tersebut pada saat ini.
Namun dia mengingatkan, hasil kinerja kedua emiten ini perlu dicermati karena ada kemungkinan masih berat karena ditekan kenaikan harga komoditas. “Kemungkinan masih berat karena harga komoditas rata-rata masih tinggi dibanding tahun lalu, sehingga rawan terjadi pullback setelah kenaikan yang cukup drastis belakangan ini,” imbuh Pandu.
Baca Juga: Menilik Prospek Saham-saham Emiten Logam Industri di Paruh Kedua 2022 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat