JAKARTA. Manajemen PT Mayapada Internasional Tbk menanggapi rencana pemegang sahamnya yaitu Dato Sri Tahir untuk membeli saham Standard Chartered di Bank Permata. Berdasarkan keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (17/1), disebutkan bahwa langkah Dato Sri Tahir yang telah memborong saham Bank Permata lewat pasar sejak November 2016 tersebut merupakan domain individu. “Manajemen tidak memiliki informasi dari pemegang saham sehingga belum ada hal konkrit yang dapat disampaikan,” ujar Corporate Secretary, Bank Mayapada Rudy Mulyono dalam keterangan tertulis, Selasa (17/1).
Sebelumnya Dato Sri Tahir mengatakan Group Mayapada telah menimbang peluang untuk bernegosiasi dengan Standard Chartered untuk memboyong saham bank berkode BNLI tersebut. Chairman Grup Mayapada ini juga mengakui telah mulai memborong saham Bank Permata lewat pasar, sejak November 2016. Namun, Tahir tidak menyebutkan berapa besar saham Bank Permata yang sudah dibeli, termasuk harganya. Yang terang, Tahir menyatakan bahwa harga saham Bank Permata kini di bawah harga wajarnya. "Saham BNLI kini diperdagangkan di bawah valuasi 2,5-3,5 kali
book value," tutur Tahir kepada KONTAN, Minggu (15/1). Ia masih melihat prospek yang cerah di Bank Permata. Lebih dari sekadar tujuan investasi, Tahir menandaskan bahwa Grup Mayapada memang tengah menimbang peluang bernegosiasi dengan Stanchart untuk memboyong saham BNLI. Jika tercapai kesepakatan, bukan tak mungkin Bank Permata akan digabungkan dengan PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA). "Jika kelak Bank Permata bersedia merger dengan Bank Mayapada, ini dapat memulihkan valuasinya," imbuh Tahir. Selain Stanchart, pemegang saham Bank Permata adalah PT Astra International Tbk yang memiliki 44,56% saham BNLI. Porsi tersebut setara kepemilikan Stanchart. Sedangkan investor publik dengan kepemilikan saham di bawah 5% memiliki 10,88% saham. Nah, tahun lalu, Grup Mayapada melego sebagian saham Bank Mayapada kepada Cathay Life Insurance Co Ltd, entitas keuangan asal Taiwan. Kini, Cathay menjadi pengendali saham Bank Mayapada dan menguasai 40% saham MAYA. Adapun PT Mayapada Karunia memiliki 26,42%. Masuknya Cathay merupakan upaya Grup Mayapada membesarkan permodalan Bank Mayapada agar bisa naik kelas ke katagori BUKU III dengan besaran modal antara Rp 5 triliun-Rp 30 Triliun.
Sementara, Lea Kusumawijaya, Direktur Keuangan Standard Chartered Bank menolak memberikan komentar soal ini. "Maaf saya tidak bisa berkomentar," tutur Lea. Sebelumnya, BNI berminat masuk ke Bank Permata. Manajemen BNI sempat menyatakan sedang melakukan pembicaraan tahap awal dengan Stanchart. Cuma, belakangan BNI membantah. Sebagai gambaran, per September 2016, Bank Permata mencatatkan kerugian Rp 1,23 triliun. Pada periode sama tahun 2015, Bank Permata masih laba Rp 938,19 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini