Tahu banyak kasus Benjina, pegawai KKP tewas



AMBON. Kematian Kepala Satuan Kerja Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Dobo, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Yosef Sairlela, diduga ada keterkaitan erat dengan kasus perbudakan anak buah kapal (ABK) asing di Benjina, Kepulauan Aru, yang menjadi sorotan dunia.

"Beliau itu kemungkinan dibunuh karena mengetahui banyak hal tentang kasus Benjina. Korban itu banyak mengetahui rahasia PT Pusaka Benjina Resources (PBR) selama ini," kata sumber Kompas.com di Tual saat dihubungi dari Ambon, Senin (20/4) malam.

Menurut sumber tersebut, pegawai KKP itu banyak mengetahui praktik penyelewengan yang dilakukan pihak PBR dan sejumlah oknum pejabat kementerian selama ini.


"Karena itu dia dibunuh, sebab dia banyak tahu rahasia PBR dan kejahatan lainnya di Benjina selama ini," ujar sumber tersebut.

Jenazah saat ini telah tiba di Kota Tual dan telah disemayamkan di Jalan Taar Baru, Kecamatan Dula Selatan. Jenazah tiba di Tual sambil didampingi Dirjen PSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan Asep Burhanudin dan sejumlah pejabat KKP lainnya.

"Pak Burhan juga mengantar jenazah korban ke sini. Ada juga sejumlah pejabat Kementerian lainnya," ujar salah seorang warga setempat.

Kedatangan jenazah korban di Tual juga ikut dibenarkan Kapolres Kepulauan Aru, AKBP Harold Huwae. Menurut Harold, saat ini jenazah telah diambil oleh pihak keluarga.

"Jenazah telah tiba di Tual dan telah diambil pihak keluarga," katanya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, keluarga korban sempat shock melihat kondisi jenazah korban yang dinilai tidak wajar. Pasalnya, kondisi jenazah tampak dipenuhi oleh sejumlah luka memar di bagian tubuhnya. Setelah disemayamkan, jenazah korban akan langsung dimakamkan besok di Tual.

Sementara itu, Kepala PSDKP Stasiun Tual, Mukhtar, berulang kali belum menjawab panggilan telepon saat dihubungi. Kompas.com masih terus menelusuri apakah kematian pegawai KKP tersebut berkaitan dengan kasus perbudakan di Benjina atau tidak. Saat ini polisi masih melakukan penyelidikan mengenai penyebab kematian korban. (Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie