KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Puasa intermiten atau intermittent fasting adalah pola makan yang melibatkan siklus antara periode makan dan tidak makan. Metode ini telah lama dipraktikkan dalam berbagai budaya dan agama, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, banyak yang mengadopsinya sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Meskipun puasa intermiten dikenal memiliki manfaat, seperti penurunan berat badan dan pengurangan peradangan, sebuah studi terbaru mengungkapkan potensi dampaknya terhadap regenerasi rambut.
Studi Terkini: Dampak Puasa Intermiten pada Regenerasi Rambut
Dikutip dari sciencealert, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Cell menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat memperlambat regenerasi rambut, setidaknya pada tikus. Penelitian ini dipimpin oleh Bing Zhang, seorang ahli biologi sel punca dari Universitas Westlake, Zhejiang, Tiongkok. Selain uji coba pada tikus, penelitian ini juga mencakup studi kecil pada manusia yang menunjukkan hasil serupa.Metodologi Penelitian
Penelitian ini membagi tikus ke dalam tiga kelompok:- Kelompok kontrol: Tikus diberikan akses makanan tanpa batas.
- Kelompok puasa berbasis waktu: Tikus diberikan makanan hanya selama 8 jam per hari dan berpuasa selama 16 jam.
- Kelompok puasa selang-seling: Tikus bergantian antara hari makan dan hari tanpa makan.
Temuan Utama
- Regenerasi rambut yang terhambat Tikus dalam kelompok kontrol berhasil menumbuhkan kembali sebagian besar rambut dalam waktu 30 hari. Sebaliknya, tikus yang menjalani puasa masih menunjukkan pertumbuhan rambut yang tidak lengkap hingga hari ke-96.
- Dampak pada sel punca folikel rambut (HFSCs) Sel punca folikel rambut (HFSCs) memiliki peran penting dalam regenerasi rambut. Dalam kondisi puasa, HFSCs menunjukkan tingkat apoptosis (kematian sel terprogram) yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan, akibat perpindahan sumber energi dari glukosa ke lemak selama puasa.
- Akumulasi asam lemak bebas Selama puasa, jaringan adiposa melepaskan asam lemak bebas yang masuk ke HFSCs. Sayangnya, sel-sel ini tidak memiliki mekanisme yang memadai untuk memanfaatkan asam lemak tersebut, yang akhirnya memicu akumulasi radikal oksigen reaktif (ROS).
- Peran antioksidan Ketika kapasitas antioksidan pada HFSCs ditingkatkan secara genetik atau dengan aplikasi topikal vitamin E, sel-sel ini menjadi lebih tahan terhadap apoptosis akibat puasa.