Tahun 2013, Penjualan DSFI Naik 15,76%



JAKARTA. Meskipun ada pelemahan ekonomi global, kinerja perusahaan eksportir produk kelautan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk tahun 2013 lumayan kinclong. Perusahaan ini mampu mencatatkan penjualan Rp 345 miliar, atau naik 15,76% ketimbang tahun 2012 yang sebesar Rp 298,01 miliar.

Herman Sutjiamidjaja, Direktur PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk mengatakan peningkatan penjualan perusahaan ini karena   kenaikan volume produksi dan pelemahan nilai tukar rupiah. Ia bilang, pelemahan nilai tukar rupiah membuat penjualan perusahaan terkerek. Maklum saja, sebagian besar penjualan perusahaan ini memang ditujukan untuk pasar ekspor.

Menurut Herman, pada tahun 2013 volume penjualan produk perikanan perusahaan mencapai 4.800 ton, atau naik 29,72% ketimbang tahun 2012 yang sebanyak 3.700 ton. Meski volume penjualan naik, namun Herman mengakui, pada tahun 2013 harga jual produk ekspornya melorot. "Harga jual per unit masih lebih bagus pada 2012. Misalnya, yang pada 2012 tadinya harga jual ikan sekitar US$ 7 per kilogram (kg), tahun 2013 menjadi US$ 6 per kg," ujarnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.


Herman bilang, melorotnya harga jual produk perikanan perusahaan berkode emiten DSFI ini lantaran pelemahan ekonomi global. Sehingga, konsumen memilih untuk membeli produk yang lebih murah. Beberapa produk perikanan yang dihasilkan emiten ini antara lain ikan tuna, fillet, cumi-cumi (octopus), dan ikan sotong (cuttle fish).

Meningkatnya penjualan DSFI juga membuat laba perusahaan ikut terkerek. "Laba tahun 2013 meningkat sekitar 15% dari tahun 2012," kata Herman.

Sayangnya, Herman enggan merinci berapa besar laba yang diraup perusahaan tahun lalu. Namun, sebagai gambaran, pada tahun 2012 Dharma Samudera mampu membukukan laba bersih Rp 48,10 miliar. Dengan hitungan tersebut, artinya laba bersih perusahaan pada tahun 2013 sekitar 55,31 miliar.Untuk tahun ini DSFI mematok target penjualan yang lebih rendah. "Tahun ini penjualan bisa meningkat 10% saja sudah bagus," ujar Herman. Berarti, setidaknya pada tahun ini perusahaan berharap bisa membukukan penjualan sekitar Rp 379,5 miliar.

Selain ekonomi global yang masih lemah, Herman bilang perusahaan juga mengantisipasi berkurangnya pasokan bahan baku ikan dari nelayan selama berjalannya pemilihan umum tahun ini. Maklum saja, menjelang pemilu, biasanya banyak nelayan yang tidak melaut. Belum lagi, faktor cuaca yang kurang mendukung juga membuat pasokan bahan baku terganggu.

Namun DSFI juga telah menyiapkan strategi agar pasokan bahan baku ikan tetap terjaga. Herman bilang perusahaan telah memiliki penyimpanan ikan berpendingin (cold storage). "Akibat cuaca buruk, pasokan memang agak berkurang. Tetapi masih ada yang disimpan di cold storage," katanya.

DSFI juga telah menyelesaikan pabrik pengolahan ikan yang dibangun sejak tahun lalu. Sehingga, DSFI bisa mengantisipasi kenaikan harga bahan baku saat pasokan turun. "Jika harga bahan baku sedang murah bisa dibeli dulu, dan bisa diolah belakangan," kata Herman.

Tahun ini, DSFI juga berencana meningkatkan suhu cold storage dari minus 30 derajat menjadi minus 40 derajat, dan memperbaiki beberapa cold storage yang sudah rusak. Meski belum menentukan alokasi anggaran khusus, namun Herman bilang biaya untuk perbaikan dan peningkatan suhu cold storage ini membutuhkan dana sekitar Rp 10 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi