JAKARTA. PT Freeport Indonesia, akhirnya, menyanggupi pembangunan fasilitas pengolahan atau pemurnian bahan mentah tambang (smelter) untuk tembaga. Perusahaan tambang asal Amerika Serikat ini, sebelumnya, sempat tidak memberi kepastian mengenai pembangunan smelter tersebut lantaran biayanya tinggi.Menteri Perindustrian (Menperin) RI MS Hidayat, Jumat (26/7), di kantornya, menjelaskan, Freeport sedang membuat studi kelayakan bersama konsultan asing dan janjinya akan selesai dalam waktu dekat. "Sementara itu, mereka juga menyiapkan perjanjian, dimulai dengan MoU dengan 2-3 investor yang bersedia berinvestasi di bidang itu," terang Hidayat.Adapun Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Rozik B Soetjipto, yang ditemui di Gedung Kementerian Perindustrian (Kemenperin) beberapa saat sebelumnya, bilang, Freeport akan menggandeng perusahaan lain untuk pembangunan smelter tersebut. "Yang MoU, kan, ada 3 calon, (kepada) ketiganya kami tawarkan, yakni PT Nusantara Smelting, PT Indosmelt, dan PT Indofasi," ucap Rozik.MoU tersebut sedang dalam tahap penyelesaian untuk ditandatangani pada Agustus mendatang. Hidayat bilang, ia memberi dukungan penuh bagi investor yang akan membangun smelter. "Pemerintah nanti menetapkan siapa yang diberi hak untuk investasi smelter. Siapapun itu, nanti dia (Freeport) akan memberikan support penuh," imbuhnya.Ia juga telah meminta Freeport agar berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang akan mengatur teknisnya. Sebelumnya, PT Semen Gresik telah membangun smelter melalui kerjasama dengan Mitsubishi. "Jadi di luar Semen Gresik, diharapkan (pembangunan) smelter tembaga ini akan dilakukan investor lain," urai Hidayat.Ia membeberkan, investasi yang diperlukan untuk pembangunan smelter ini tidak kurang dari US$ 1,5 miliar, jadi pasti berbentuk kerjasama. Dengan perkiraan waktu penyelesaian studi kelayakan selama 6 bulan, tahun 2014, Freeport sudah bisa mulai membangun smelter.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tahun 2014, Freeport mulai bangun smelter
JAKARTA. PT Freeport Indonesia, akhirnya, menyanggupi pembangunan fasilitas pengolahan atau pemurnian bahan mentah tambang (smelter) untuk tembaga. Perusahaan tambang asal Amerika Serikat ini, sebelumnya, sempat tidak memberi kepastian mengenai pembangunan smelter tersebut lantaran biayanya tinggi.Menteri Perindustrian (Menperin) RI MS Hidayat, Jumat (26/7), di kantornya, menjelaskan, Freeport sedang membuat studi kelayakan bersama konsultan asing dan janjinya akan selesai dalam waktu dekat. "Sementara itu, mereka juga menyiapkan perjanjian, dimulai dengan MoU dengan 2-3 investor yang bersedia berinvestasi di bidang itu," terang Hidayat.Adapun Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Rozik B Soetjipto, yang ditemui di Gedung Kementerian Perindustrian (Kemenperin) beberapa saat sebelumnya, bilang, Freeport akan menggandeng perusahaan lain untuk pembangunan smelter tersebut. "Yang MoU, kan, ada 3 calon, (kepada) ketiganya kami tawarkan, yakni PT Nusantara Smelting, PT Indosmelt, dan PT Indofasi," ucap Rozik.MoU tersebut sedang dalam tahap penyelesaian untuk ditandatangani pada Agustus mendatang. Hidayat bilang, ia memberi dukungan penuh bagi investor yang akan membangun smelter. "Pemerintah nanti menetapkan siapa yang diberi hak untuk investasi smelter. Siapapun itu, nanti dia (Freeport) akan memberikan support penuh," imbuhnya.Ia juga telah meminta Freeport agar berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang akan mengatur teknisnya. Sebelumnya, PT Semen Gresik telah membangun smelter melalui kerjasama dengan Mitsubishi. "Jadi di luar Semen Gresik, diharapkan (pembangunan) smelter tembaga ini akan dilakukan investor lain," urai Hidayat.Ia membeberkan, investasi yang diperlukan untuk pembangunan smelter ini tidak kurang dari US$ 1,5 miliar, jadi pasti berbentuk kerjasama. Dengan perkiraan waktu penyelesaian studi kelayakan selama 6 bulan, tahun 2014, Freeport sudah bisa mulai membangun smelter.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News