JAKARTA. Kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) tertekan oleh pembengkakan beban tahun lalu. Hal ini membuat laba bersih produsen pakan ternak ini anjlok 44,16% menjadi Rp 332,4 miliar tahun 2014, dibanding Rp 595,25 miliar di tahun 2013. Dalam laporan keuangan tahun 2014 yang dirilis perseroan, Kamis (26/2), JPFA membukukan penjualan Rp 24,5 triliun atau tumbuh 14,5% dari periode sama tahun 2013 Rp 21,4 triliun. Penjulan pakan ternak perseroan tumbuh 5,7% menjadi Rp 10,22 triliun, penjualan peternakan tumbuh 23,2% menjadi Rp 8,5 triliun, sementara penjualan anak ayam umur sehari turun 14,28% menjadi Rp 1,2 triliun. JPFA memiliki penjualan dari segmen usaha peternakan sapi yang tumbuh 56,3% menjadi Rp 1,36 triliun. Namun, beban pokok penjualan JPFA membengkak 17,9% menjadi Rp 21 triliun. JPFA mengalami peningkatan biaya bahan baku sebesar 16,4% menjadi Rp 18,4 triliun. Biaya pabrikasi juga meningkat 17,3% menjadi Rp 1,8 triliun. Hal ini membuat laba kotor perseroan turun 5,5% di angka Rp 3,4 triliun.
Tahun 2014 laba JPFA masih tertekan
JAKARTA. Kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) tertekan oleh pembengkakan beban tahun lalu. Hal ini membuat laba bersih produsen pakan ternak ini anjlok 44,16% menjadi Rp 332,4 miliar tahun 2014, dibanding Rp 595,25 miliar di tahun 2013. Dalam laporan keuangan tahun 2014 yang dirilis perseroan, Kamis (26/2), JPFA membukukan penjualan Rp 24,5 triliun atau tumbuh 14,5% dari periode sama tahun 2013 Rp 21,4 triliun. Penjulan pakan ternak perseroan tumbuh 5,7% menjadi Rp 10,22 triliun, penjualan peternakan tumbuh 23,2% menjadi Rp 8,5 triliun, sementara penjualan anak ayam umur sehari turun 14,28% menjadi Rp 1,2 triliun. JPFA memiliki penjualan dari segmen usaha peternakan sapi yang tumbuh 56,3% menjadi Rp 1,36 triliun. Namun, beban pokok penjualan JPFA membengkak 17,9% menjadi Rp 21 triliun. JPFA mengalami peningkatan biaya bahan baku sebesar 16,4% menjadi Rp 18,4 triliun. Biaya pabrikasi juga meningkat 17,3% menjadi Rp 1,8 triliun. Hal ini membuat laba kotor perseroan turun 5,5% di angka Rp 3,4 triliun.