Tahun 2016, Tiphone bidik pendapatan Rp 24 triliun



JAKARTA. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) menargetkan pertumbuhan pendapatan yang tinggi pada tahun depan. Hengky Setiawan, Presiden Komisaris Tiphone, mengatakan, perseroan membidik pendapatan Rp 24 triliun pada tahun depan. Target ini naik 20% dari target tahun ini yang sebesar Rp 20 triliun.

Tahun depan, pendapatan terbesar Tiphone tetap akan berasal dari bisnis voucher isi ulang pulasa dan kartu perdana. Tiphone juga akan tetap menggenjot bisnis telepon seluler. Hingga kuartal III 2015, TELE mencetak pendapatan sebesar Rp 14,7 triliun atau memenuhi 73,5% dari target tahun ini. Sementara laba bersih juga masih tumbuh 20,4% year on year (yoy) menjadi Rp 289,8 miliar.

Hengky mengatakan, tahun depan TELE akan fokus pada ekspansi pembukaan jalur distribusi. "Kami ingin menambah jalur distribusi. Kalau perlu, sampai ke pelosok-pelosok dan juga memperkuat distribusi yang sudah kami miliki," ujar Hengky di Jakarta, belum lama ini.


Selain memperbesar distribusi, TELE juga akan segera membangun riset dan pengembangan alas research and development (R&D) teknologi smartphone dengan perusahaan elektronik asal Taiwan, Arima Communications Corp. "Kami akan membawa R&D dari Taiwan itu masuk ke Indonesia," ujarnya.

Kedua perusahaan ini memang sedang mengembangkan pabrik perakitan ponsel di Indonesia. Kerjasama ini untuk memenuhi aturan kandungan komponen lokal di produk ponsel 4G. Kerjasama itu dilakukan lewat anak usaha PT Adi Reka Mandiri.

Perseroan menggenggam 55% saham di perusahaan patungan, sedangkan sisanya dikempit Arima. TELE mengajak Arima lantaran berpengalaman memproduksi ponsel Android seperti Motorola, Acer, LG atau NTT DoCoMo. Investasi untuk perusahaan patungan ini mencapai US$ 50 juta

Rencananya, perusahaan patungan tersebut akan membangun pabrik di Delta Silikon, Cikarang Jawa Barat di lahan 7.000 meter persegi (m²). Untuk tahap pembangunan tahap I, Tiphone akan mengeluarkan dana US$ 5 juta–US$ 6 juta. Pabrik fase pertama akan selesai akhir Desember ini.

Pabrik akan beroperasi mulai Januari 2016 dengan kapasitas awal 300.000 unit per bulan pada enam bulan pertama. Kapasitas akan terus meningkat hingga mencapai satu juta unit per bulan. Pada tahun pertama, kandungan komponen lokal produk ponsel di pabrik ini berkisar 20%.

Selasa (1/12), saham TELE ditutup naik 1,45% ke level Rp 700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: A.Herry Prasetyo