Tahun 2017, ADRO membidik EBITDA sebesar US$ 1,1 M



JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membidik bisa mencetak pertumbuhan kinerja lebih tinggi tahun ini. Perseroan ini juga menyiapkan belanja modal sebesar US$ 200 juta hingga US$ 250 juta, lebih tinggi dari tahun 2016 sebesar US$ 100 juta.

Belanja modal tersebut akan digunakan untuk menjaga produksi batubara yang ditargetkan bertahan di level 52 juta ton hingga 54 juta ton pada tahun ini. Sepanjang tahun 2016, ADRO memproduksi batubara sebanyak 52,64 juta ton, naik 2% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, nisbah kupas tahun 2016 sebesar 4,45 kali, lebih rendah dari target ADRO sebelumnya sebesar 4,71 kali, karena curah hujan yang lebih tinggi daripada rata-rata. Sedangkan tahun ini, ADRO menargetkan nisbah kupas gabungan sebesar 4,85 kali.


Direktur Utama ADRO Garibaldi Thohir mengatakan, kinerja ADRO di kuartal IV- 2016 diwarnai harga Global Coal Newcastle yang menyentuh rekor tertinggi dalam empat tahun, di US$ 112,5 per ton. Ini karena ada pengurangan pasokan dan peningkatan permintaan musiman.

China menambah impor batubara, termasuk batubara kokas, yang diperkirakan mencapai 256 juta ton di 2016. Padahal awalnya diperkirakan impor akan menurun.

Sebagian impor China berasal dari Indonesia, disusul Australia, Mongolia dan Rusia. "Kami percaya fundamental pasar batubara berangsur meningkat, yang dipicu reformasi sisi suplai China," ujar Garibaldi di Jakarta, Selasa (31/1).

Dengan proyeksi industri batubara yang membaik, ADRO membidik EBITDA operasional sebesar US$ 900 juta hingga US$ 1,1 miliar. Pada tahun 2016, ADRO menargetkan EBITDA berada di kisaran US$ 450 juta hingga US$ 700 juta.

Sementara itu, pemindahan lapisan penutup pada kuartal IV-2016 naik 11% menjadi 59,35 juta bank cubic meter (bcm) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sepanjang 2016, ADRO telah memindahkan lapisan penutup sebanyak 243,13 juta bcm, masih turun 12% yoy.

Tahun lalu, ADRO juga merampungkan proses akuisisi terhadap tujuh PKP2B dari BHP Billiton. Ini termasuk satu tambang yang telah beroperasi, yaitu tambang Haju, beserta infrastruktur terkait di Kalimantan Tengah dan Timur.

Menurut Garibaldi, akuisisi ini memberikan opsi pertumbuhan yang signifikan dan berkelanjutan dalam komoditas baru, yaitu batubara metalurgi. Perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam PKP2B ini sekarang disebut dengan nama Adaro MetCoal.

Di bidang kelistrikan, perseroan ini sudah memulai konstruksi PLTU kapasitas 2x1.000 MW di Jawa Tengah. ADRO sudah mendapatkan financial closure untuk PLTU TPI yang berkapasitas 2x100 MW di Kalimantan Selatan.

Penjualan ADRO tahun lalu sesuai dengan estimasi analis. "Target pertumbuhan EBITDA ADRO masih sesuai ekspektasi kami," ujar Lucky Ariesandi, Analis Yuanta Sekuritas Indonesia, Rabu (1/2).

Penjualan batubara ADRO terdorong dari penjualan lokal. Selain itu, permintaan lebih tinggi datang dari Malaysia. Saat ini, Lucky masih mereview kembali target harga saham ADRO. Pada perdagangan Rabu (1/2) saham ADRO naik 3,24% ke Rp 1.750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto