Tahun 2018, bisa disebut tahun akuisisi



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Menjelang tutup tahun 2018, banyak aksi korproasi yang telah terjadi. Salah satunya adalah maraknya aksi akuisisi sepanjang tahun 2018 di berbagai sektor industri. Analis CSA Research Institute Reza Priyambada megatakan era konsolidasi memang tidak bisa dihindari lagi. Berbagai persaingan, inovasi, maupun apa yang diinginkan pasar mempengaruhi manajemen korporasi untuk memilih jalan akuisisi. “Dengan tujuan perbesar pasar,” katanya kepada Kontan.co.id pada Kamis (27/12). Salah satu yang disoroti yakni beberapa emiten menara seperti PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) kerap melakukan perbesaran pasar melalui akuisisi. Sekadar tahu, TBIG di awal tahun menjadi pemegang saham pengendali PT Gihon Telekomunikasi Tbk (GHON) saat IPO dengan investasi senilai Rp 127,4 miliar. Kemudian di penghujung tahun, TBIG juga mengakusisi 51% saham PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD). TOWR juga aktif melakukan akuisisi serupa. Terakhir, TOWR mengakuisisi PT Komet Infra Nusantara (KIN) senilai Rp 1,4 triliun. Adapun kini 100% saham KIN dimiliki oleh PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Protelindo merupakan anak usaha yang 99,99% sahamnya dimiliki TOWR. Adanya berbagai aksi korporasi itu dinilai Reza mampu mengubah peta persaingan industri menara telekomunikasi. Dua raksasa menara itu, ke depan bakal saling bersaing untuk memberikan penawaran terbaik pada calon kliennya. “Operator telekomunikasi akan memilih mana yang memiliki teknologi maupun potensi yang baik,” tambahnya. Salah satu hal positif yang bisa diperoleh bagi perusahaan yang doyan mencaplok, menurut Reza, adalah perluasan pasar. Di sisi lain, bagi perusahaan yang menjadi target akuisisi, berbagai akusisi itu bisa mendorong percepatan industri melalui apa yang disebut Reza sebagai transfer knowledge.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Azis Husaini