Tahun 2020 menjadi musim konsolidasi dan penambahan modal di industri perbankan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 merupakan musim konsolidasi dan penambahan modal di industri perbankan. Tengok saja, ada enam bank yang melakukan penambahan modala lewat right issue, provat placement dan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) tahun ini. Ada dua akuisisi yang sudah rampung dan dua lagi tengah dalam proses. 

Kabar teranyar datang dari PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU). Perusahaan ritel fashion Grup Lippo, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) akan membeli 728 juta saham bank ini atau setara 16,4% dari nilai modal disetor NOBU. Nilai transaksi mencapai Rp 549,64 miliar.

Akuisisi akan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, pada 4 November 2020 dengan membeli 265 juta saham senilai Rp755 per lembar senilai Rp 302 miliar. Kedua, akan membeli 199 juta saham pada 11 November dengan nominal Rp196,3 miliar. Ketiga, akan membeli 198,3 juta saham senilai Rp 51,34 miliar pada 28 Desember 2020.

Manajemen LPPF menjelaskan pembelian saham tersebut dilakukan karena saat ini terdapat tren berkelanjutan menuju ekosistem konsumen. Konsumen lebih suka memiliki pengalaman berbelanja satu pintu di lingkungan omnichannel. 

"Didorong oleh digital, kebutuhan bank dan pengecer besar saling mendukung. Konvergensi kebutuhan mengarah pada tren yang lebih besar menuju aliansi dan kemitraan. Ritel fisik perlu lebih digital." tulisnya dalam keterbukaan informasinya, Kamis (5/11).

Sebelumnya, PT Bank Harda International Tbk juga mengumumkan akan diambilalih oleh PT Mega Corpora, milik pengusaha Chairul Tanjung (CT). Mega Corpora akan mengakuisisi

Baca Juga: Akibat kredit lesu, bank pilih parkirkan dana di surat berharga

3,06 miliar saham atau 73,71% dari modal ditempatkan dan disetor penuh di Baank harda milik PT Hakimputra Perkasa. Akuisisi itu ditujukan untuk menambah permodalan Bank Harda agar bisa memenuhi kentuan regulator jadi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II akhir tahun ini. Modal inti bank ini per Juni 2020 baru mencapai Rp 272,03 miliar. 

Aksi akuisisi yang sudah rampung adalah pengambialihan PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Bangkok Bank pada 20 Mei lalu. Setelah resmi mencaplok 89,12% saham BNLI milik PT Astra International Tbk (Astra) dan Standard Chartered Bank (SCB), Bangkok Bank akan menggabungkan kantor cabangnya di Indonesia ke Bank Permata.  Penggabungan itu ditargetkan selesai pada Desember 2020. 

BCA juga telah merampung akuisisi Bank Interim atau yang semula bernama Rabobank pada 25 September. BCA akan menggabungan Bank Interim dengan BCA Syariah yang ditargetkan selesai pada Desember mendatang. 

Sementara penambahan modal rata-rata dilakukan oleh kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I. Pasalnya, bank di kelompok ini memiliki tenggak waktu hingga akhir tahun ini untuk memenuhi ketentuan modal inti bank umum minimum Rp 1 triliun. 

PT Bank Bisnis Indonesia Tbk melakukan penambahan modal pada awal September 2020 lewat IPO. Namun, perseroan hanya mengangantongi Rp 189,49 miliar dari aksi korporasi itu. Sedangkan per Juni 2020, modal intinya baru Rp 508,53 miliar. Artinya, perusahaan masih membutuhkan tambahan modal sekitar Rp 300 miliaran guna memenuhi aturan OJK tersebut.

Untuk memenuhi ketentuan, Bank Bisnis akaan melakukan right issue akhir tahun ini dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 438,63 juta saham baru. "Right issue ini targetnya hanya untuk memenuhi modal inti Rp 1 triliun dulu sesuai POJK no 12/2020," kata Sekretaris Perusahaan Bank Bisnis Paulus Wijaya pada KONTAN, Jumat (6/11).

Editor: Handoyo .