KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) telah memasuki masa transisi penambangan dari tambang terbuka (open pit) Grasberg menuju tambang bawah tanah (underground mine). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif yang melakukan kunjungan ke Grasberg Mine pada Sabtu (21/12) juga ikut menyoroti masa transisi penambangan PTFI ini. Baca Juga: Freeport fokus pengembangan operasi bawah tanah Arifin berharap, PTFI bisa mengurangi risiko dan hambatan dalam proses transisi ke underground mine ini. Menurut Arifin, salah satu hambatan yang menjadi tantangan terbesar PTFI ialah terkait pemisahan air dalam proses penambangan (wet max). "Terkait kontinuitas produksi mining coper yang dilakukan oleh PTFI, coba cari fast track dan penelitian-penelitian agar bisa mengurangi risiko-risiko yang bisa mengurangi hambatan produksi," ujar Arifin dalam keterangan tertulisnya, Minggu (22/12). Berdasarkan dari Kementerian ESDM, mulai tahun 2020 hingga 2023 rencananya tambang bawah tanah itu bisa menggantikan Grasberg open pit di wilayah DOZ, Big Gossan, DMLZ dan Grasberg Block Cave. Pada tahun 2020, volume penambangan bawah tanah PTFI direncanakan bisa mencapai 96.000 ton bijih per hari. Bijih tersebut merupakan batuan yang mengandung mineral tembaga, emas dan perak. Volume produksi bijih itu ditargetkan akan terus menanjak. Pada tahun 2021,rencananya PTFI bisa memproduksi sebesar 160.000 ton per hari. Sementara pada tahun 2022 menjadi sebesar 216.000 ton per hari, dan pada tahun 2023 menjadi 217.000 ton per hari.
Tahun 2020, underground Freeport Indonesia hasilkan 96.000 ton bijih tembaga dan emas
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) telah memasuki masa transisi penambangan dari tambang terbuka (open pit) Grasberg menuju tambang bawah tanah (underground mine). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif yang melakukan kunjungan ke Grasberg Mine pada Sabtu (21/12) juga ikut menyoroti masa transisi penambangan PTFI ini. Baca Juga: Freeport fokus pengembangan operasi bawah tanah Arifin berharap, PTFI bisa mengurangi risiko dan hambatan dalam proses transisi ke underground mine ini. Menurut Arifin, salah satu hambatan yang menjadi tantangan terbesar PTFI ialah terkait pemisahan air dalam proses penambangan (wet max). "Terkait kontinuitas produksi mining coper yang dilakukan oleh PTFI, coba cari fast track dan penelitian-penelitian agar bisa mengurangi risiko-risiko yang bisa mengurangi hambatan produksi," ujar Arifin dalam keterangan tertulisnya, Minggu (22/12). Berdasarkan dari Kementerian ESDM, mulai tahun 2020 hingga 2023 rencananya tambang bawah tanah itu bisa menggantikan Grasberg open pit di wilayah DOZ, Big Gossan, DMLZ dan Grasberg Block Cave. Pada tahun 2020, volume penambangan bawah tanah PTFI direncanakan bisa mencapai 96.000 ton bijih per hari. Bijih tersebut merupakan batuan yang mengandung mineral tembaga, emas dan perak. Volume produksi bijih itu ditargetkan akan terus menanjak. Pada tahun 2021,rencananya PTFI bisa memproduksi sebesar 160.000 ton per hari. Sementara pada tahun 2022 menjadi sebesar 216.000 ton per hari, dan pada tahun 2023 menjadi 217.000 ton per hari.