KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan aset-aset hapus buku di bank pelat merah mengalami peningkatan cukup tinggi sepanjang tahun 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Alhasil, pendapatan
recovery merupakan salah satu penopang pertumbuhan pendapatan non bunga mereka di tahun lalu. Perkembangan penjualan aset-aset bermasalah dan yang sudah di hapus buku PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI misalnya, mencapai sebesar Rp 11,9 Triliun, terjadi pertumbuhan yang signifikan sebesar 33,59% dari
recovery income dibanding tahun 2021 yang sebesar Rp 8,9 triliun. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan,
recovery Income dihasilkan dari penagihan maupun penjualan aset. Untuk penjualan asset dilakukan dengan penjualan damai, lelang dan dampak lelang.
"BRI terus mengoptimalkan upaya
recovery. Hal tersebut tercermin dari
Recovery Rate BRI tahun 2022 yang mencapai sebesar 59,12%. Sehingga pendapatan
recovery BRI pada akhir 2022 meningkat sebesar 33,59%
year on year," ungkap Sunarso belum lama ini.
Baca Juga: Naik 9,2%, Kucuran Kredit BRI Tembus Rp 1.139,08 Triliun Per Akhir 2022 Upaya-upaya BRI dalam menjual asset bermasalah adalah dengan mengoptimalkan pemasaran asset bermasalah melalui kerjasama dengan pihak ketiga yaitu dengan broker
property, KPKNL dan BPN setempat, expo agunan, penyebaran katalog lelang fisik maupun digital, serta melalui platform digital BRI melalui website
infolelang.bri.co.id dan platform digital lainnya. BRI juga menargetkan pendapatan
recovery di tahun 2023 tumbuh
double digit. Dengan keberhasilannya dalam menjual aset-aset bermasalah, BRI pun optimistis dapat menjaga NPL dikisaran 3% di tahun ini. Sunarso menyebut, perkembangan kredit hapus buku di BRI dilaksanakan secara
prudent dan selektif sesuai dengan ketentuan, hal ini dilakukan agar
recovery rate yang dihasilkan dapat terjaga dengan baik. PT Bank Negara Indonesia Tbk
atau BNI juga menorehkan pendapatan
recovery naik 46,51% YoY menjadi Rp 3,78 triliun. David Prizada, Direktur Manajemen Resiko BNI mengatakan, peningkatan pendapatan
recovery sejalan dengan langkah agresif perseroan melakukan lelang. BNI melakukan program Gelegar Lelang 2022 bekerjasama dengan DJKN. "Selain itu, BNI juga mempercepat penyelesaian kredit melalui penjualan secara sukarela dan juga mencari investor baru untuk kredit-kredit bermasalah," kata David. Sementara itu, penjualan aset yang bermasalah PT Bank Tabungan Negara (BTN) sampai dengan akhir tahun 2022 juga disebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2021. Direktur Asset Management Bank BTN Elisabeth Novie Riswanti menyatakan, peningkatan ini ditopang dari pelaksanaan inisiatif strategis dibidang kualitas kredit, dimana selama tahun 2022 Bank BTN aktif melakukan Lelang Property Expo maupun Aset Sales Festival, baik yang dilakukan secara daring maupun
offline.
Baca Juga: Di Usia 73 Tahun, BTN Telah Kucurkan Kredit Rp 775 Triliun "Penerimaan kembali kredit yang telah dihapus buku (
recovery income) selama tahun 2022 juga meningkat 42.74% jika dibandingkan dengan
recovery income pada tahun 2021," jelasnya.
Pada tahun 2023 ini, Bank BTN masih tetap fokus pada penyelesaian dan penjualan aset bermasalah, salah satu inisiatif strategis adalah dengan
bulk sales. Pada tahun 2023 ditargetkan dapat dilakukan
bulk sales lebih dari Rp 1 triliun, dan terus berlanjut tidak hanya pada segmen kredit komersial namun juga akan dicoba pada segmen kredit konsumtif. Disamping pelaksanaan
bulk sales tersebut, beberapa strategi lainnya dalam penjualan asset bermasalah adalah dengan lebih insentif melaksanakan lelang sekaligus memasarkan KPR Lelang, serta terus melakukan
investor gathering. Dengan beberapa inisiatif strategis dalam perbaikan kualitas kredit tersebut, Bank BTN berupaya dapat menekan rasio NPL pada tahun 2023 dapat di bawah 3%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .