Tahun 2024, Aset Safe Haven dan Minyak Masih Akan Jadi Andalan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset safe haven dan komoditas yang mencatatkan kenaikan harga tahun ini diprediksi akan bertahan pada level tinggi di tahun 2024.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, emas masih menjadi favorit ketika prospek suku bunga Amerika Serikat (AS) mulai meredup di tahun depan.

Penurunan prospek suku bunga acuan The Fed ini seiring dengan potensi penurunan laju inflasi AS. Selain itu, faktor kondisi global yang tengah diwarnai dengan sejumlah konflik turut memengaruhi harga emas.


Ketika konflik politik yang makin meluas dan memberi rasa cemas yang cukup tinggi, investor memburu aset-aset yang lebih aman. "Hal ini dapat mendorong harga emas untuk mempertahankan level psikologis di US$ 2.000 per ons troi," ucap Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (29/10).

Lebih lanjut, kenaikan harga emas juga akan memberi dorongan bagi silver atau perak untuk menguji area atas, yakni US$ 24.200-US$ 25.000 per ons troi. Menurut Nanang, kedua logam mulia ini sangat menarik untuk menjadi alat instrumen investasi dengan kondisi saat ini dan ke depannya.

Baca Juga: Investor Masih Akan Berburu Safe Haven

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memprediksi, harga emas akan diperdagangkan pada level US$ 2.004,22 per ons troi pada akhir tahun 2023. Menurut perdagangan Contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan komoditas ini, harga emas meningkat sebesar US$ 162,18 per ons troi atau 8,89% sejak awal tahun 2023 ke level US$ 1.980 per ons troi pada Jumat (27/10).

Di tengah konflik geopolitik di Timur Tengah, selain harga emas yang naik, Sutopo melihat dolar Amerika Serikat (AS) juga ikut menguat. Sutopo menjelaskan, di saat situasi tidak menentu, dolar AS juga berfungsi sebagai aset lindung nilai karena penghindaran risiko. 

Apalagi, imbal hasil obligasi yang tinggi terus membuat dolar AS tetap diminati.n"Namun, terlepas dari sikap Ketua The Fed Jerome Powell yang hawkish, pasar memperkirakan tidak akan ada lagi kenaikan suku bunga tahun ini dan mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga pada pertengahan tahun 2024," kata Sutopo.

Selain itu, harga minyak juga ikut terkerek akibat konflik geopolitik yang terjadi di Timur Tengah. Minyak mentah berjangka WTI naik di atas US$ 84 per barel pada hari Jumat (27/10), tetapi masih diperkirakan akan turun sekitar 4% minggu ini di tengah meredanya kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah.

Para analis menunjuk pada upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk menunda invasi darat yang diperkirakan akan dilakukan pasukan Israel ke Gaza. Tanda-tanda melemahnya permintaan di AS, konsumen minyak terbesar dunia, juga membebani harga.

Data EIA menunjukkan bahwa pasokan produk untuk bensin dan bahan bakar sulingan turun secara signifikan pada minggu lalu, sementara produksi minyak mentah di kilang dan tingkat pemanfaatan juga turun. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 1,371 juta barel pada minggu lalu, melebihi perkiraan kenaikan 0,239 juta barel.

Selain itu, data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan bahwa The Fed akan tetap pada jalur suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Hal ini diperkirakan membebani prospek permintaan minyak.

Baca Juga: Ingin Beli Emas Antam? Berikut Daftar Alamat Butik Emas Antam Terdekat

Harga minyak mentah meningkat US$ 4,30 per barel atau 5,35% sejak awal tahun 2023, menurut perdagangan Contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini. Minyak mentah diperkirakan diperdagangkan pada US$ 90,93 per barel pada akhir tahun 2023.

Akan tetapi, Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani justru melihat harga-harga komoditas di tahun 2024 akan terkoreksi karena masih dalam proses normalisasi harga. Sentimen negatif yang menekan harga justru akan lebih dominan.

"Sebut saja kebijakan suku bunga yang masih akan tinggi sampai akhir tahun sehingga akan mengurangi motif spekulasi dan resesi yang juga bisa menekan harga," ucap Dendi.

Ia memprediksi, barga komoditas seperti batubara, minyak, crude palm oil (CPO), dan emas akan menuju ke harga fundamentalnya. Harga batubara diperkirakan berada di level US$ 80-US$ 90 per ton, minyak mentah US$ 70-US$ 80 per ton, CPO sekitar US$ 700-US$ 800 per ton, dan emas US$ 1.600-US$ 1.700 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .