KONTAN.CO.ID - MILAN. Penjualan barang mewah pribadi semakin tertekan akibat tingginya inflasi dan ketidakpastian ekonomi global. Perusahaan konsultan Bain & Company memperkirakan penjualan tahun ini akan turun sekitar 2% dari tahun lalu. Proyeksi Bain, penjualan barang mewah tahun ini akan menjadi yang terlemah sejak tahun 2008. “Tahun ini adalah pertama kalinya industri barang mewah pribadi menurun sejak 2008, di luar pandemi,” kata Ferederica Levato, Mitra Bain, dilansir
Reuters, Jumat (15/11). Penurunan terdalam diproyeksi terjadi di China. Bain memperkirakan penjualan barang mewah pribadi di Negeri Panda itu akan turun sekitar 20%-22% tahun. Pasar China kini telah menjadi tantangan sektor ini setelah mengalami ledarna penjualan selama bertahun-tahun sebelum pandemi.
Hasil riset Bain itu kemungkinan akan meningkatkan kekhawatiran di kalangan investor bahwa penurunan sektor saat ini lebih lama dari yang sudah diantisipasi. Penurunan penjualan barang mewah telah menjatuhkan saham seperti LVMH dan Kering.
Baca Juga: Perhiasan Kerajaan Akan Dilelang di Sotheby's Jenewa Pekan Depan Penjualan global barang-barang pribadi mewah, yang mencakup pakaian, aksesori, dan produk kecantikan, diperkirakan akan datar pada nilai tukar yang konstan selama musim liburan. Levato melihat, kinerja penjualan di pasar China masih akan negatif. Levato bilang, pergeseran merek untuk memposisikan produk mereka dalam kisaran harga yang lebih tinggi, ditambah dengan kepercayaan konsumen yang lebih lemah di tengah perang, kesulitan ekonomi China, dan pemilihan umum di seluruh dunia, telah menyebabkan banyak pelanggan, terutama yang lebih muda, untuk menahan diri melakukan pembelian. Basis konsumen mewah barang mewah disebut telah mengalami menurun hingga 50 juta selama dua tahun terakhir, dari total sekitar 400 juta konsumen. Menurut Levato, prospek pertumbuhan pasar sebagian bergantung pada strategi yang dipilih merek untuk dikejar, termasuk pada harga. Bain memperkirakan sektor barang mewah pribadi hanya akan tumbuh antara 0% dan 4% pada nilai tukar konstan pada tahun 2025, didukung oleh penjualan di Eropa dan Amerika. Sedangkan China kemungkinan baru pulih pada paruh kedua tahun ini.
Baca Juga: Pakai Mobil Sederhana, Bernard Arnault Pernah Ditolak Masuk ke Kantornya Levato mengatakan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS telah menghilangkan satu ketidakpastian, sementara kemungkinan pemotongan suku bunga dan pajak dapat mendorong warga Amerika untuk lebih banyak berbelanja. Sepanjang kuartal III-2024, LVMH hanya mencetak pendapatan sebesar € 19,1 miliar, atau setara Rp 320,9 triliun, pada kuartal III, turun 3% secara tahunan. Penjualan divisi fesyen dan barang dari kulit melorot 5%.
Perusahaan yang membawahi merek-merek barang mewah seperti Louis Vuitton, Christian Dior, Bulgari dan Fendi ini menyebut penyebab utama penurunan tersebut adalah lesunya belanja konsumen di China dan melambatnya pertumbuhan penjualan di Jepang. Penjualan perusahaan ini di Asia, kecuali Jepang, anjlok 16%. Sementara itu, pengeluaran mewah untuk pengalaman, seperti perhotelan dan makan, menurut hasil riset Bain, diprediksi akan meningkat tahun ini. Kontras dengan pembelian barang mewah.
Editor: Dina Hutauruk