KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran umum penawaran perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) pada tahun ini terbilang sepi. Namun pada tahun depan, aksi IPO diperkirakan lebih ramai dari tahun ini. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sampai dengan 6 Desember 2024, sudah ada 40 perusahaan yang mencatatkan saham di bursa dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 10,19 triliun. Sebenarnya, BEI menargetkan akan ada 62 perusahaan yang bisa menggelar IPO. Artinya, perlu ada 22 perusahaan lagi yang harus melantai di bursa pada 2024 untuk bisa mencapai target tersebut.
Kepala Unit Pengembangan Calon Perusahaan Tercatat 2 Bursa Efek Indonesia Sofiyan Adhi Kusumah menjelaskan, penurunan IPO ini disebabkan adanya transisi pemerintah. "Di tahun sebelumnya agak sedikit di luar prediksi kami. Tahun lalu ada perusahaan yang IPO untuk mengejar momentum," jelasnya dalam paparan beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Menilik Prospek Adaro Andalan Indonesia (AADI) Setelah Pisah dari ADRO Sofiyan memproyeksikan tren IPO tahun depan akan lebih baik dibandingkan 2024. Ini mengingat masa transisi pemerintahan baru akan selesai dan didukung tren pemulihan secara global. "Dan tren pasar secara global sudah mulai pulih, misalnya di Amerika Serikat dan Hong Kong yang banyak IPO besar, di mana pasar ekuitas dan sahamnya menunjukkan perbaikan," jelas Sofiyan. Di pipeline BEI, masih ada 24 perusahaan yang sedang mengantri untuk IPO. Berdasarkan laman e-IPO per Jumat (13/12), ada satu perusahaan yang sedang menawarkan sahamnya, yakni PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY). Perusahaan ritel barang rumah tangga dengan merek MR DIY itu mematok harga IPO di Rp 1.650 per saham. Dengan melepas 2,53 miliar saham, MDIY berpotensi meraup dana segar Rp 4,15 triliun. Ada empat perusahaan dalam masa penawaran awal. Mereka ialah PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII), PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) dan PT Kentanix Supra International Tbk (KSIX).
Baca Juga: OJK: 96 Perusahaan IPO Antri IPO, Nilainya Tembus Rp 20,41 Triliun Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai 2025 mungkin akan menjadi tahun yang baik perusahaan menggelar IPO. "Tahun politik sudah berlalu sehingga kepastian kebijakan sudah ada, potensi tingkat suku bunga yang berpotensi menurun dan program kerja presiden baru," katanya kepada Kontan, Jumat (13/12). Nico bilang, walaupun ada potensi pemangkasan suku bunga, tetapi penurunan suku bunga akan terbatas. Dengan tingginya tingkat suku bunga, masih ada kemungkinan pasar modal masih menjadi alternatif. Namun gelaran IPO di 2025 juga dihantui oleh beberapa sentimen negatif, yaitu kebijakan Donald Trump yang meningkatkan ketidakpastian, pergerakan inflasi hingga geopolitik yang masih terjadi. "Hal tersebut yang membuat tahun depan diharapkan akan menjadi jauh lebih baik dan calon perusahaan diharapkan akan lebih berkualitas, tidak hanya dari segi kuantitas," ucap Nico.
Baca Juga: Tawarkan 320,67 Juta Saham, Kentanix (KSIX) Berpotensi Raup Rp 150,07 Miliar dari IPO Direktur Utama Surya Fajar Sekuritas Steffen Fang mengatakan dengan perkembangan dan situasi pada 2024, dia memproyeksikan tren penggalangan dana di pasar modal sebagai alternatif penggalangan dana tetap besar.
"Adapun ekuitas tetap ada porsi nya, tapi lebih berfokus pada perusahaan yang memiliki fundamental solid dan ukuran perusahaan dengan nilai penghimpunan dana yang besar," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat