Tahun ajaran baru belum gairahkan industri kertas



JAKARTA. Tahun ajaran baru sekolah akan dimulai. Biasanya momen ini dianggap mampu mengerek penjualan kertas yang dipakai untuk buku tulis dan teks pelajaran. Menanggapi hal tersebut, pengamat industri pulp and paper, Rusli Tan, agak pesimis tahun ini momen libur sekolah bisa mendongkrak penjualan kertas.

"Sebab belanja buku itu kan tergantung daya beli," kata Rusli yang juga berposisi sebagai Dewan Pakar Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) kepada KONTAN (5/7). Ia menilai daya beli masyarakat belum pulih, sementara itu Rusli menyoroti pula jumlah siswa atau pelajar yang mengkonsumsi buku tidak pula bertambah secara signifikan.

Namun penjualan buku teks pelajaran masih bisa menjadi harapan untuk meningkatkan konsumsi kertas. Khususnya yang terkait kebutuhan kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dimana pembelinya ialah pemerintah.


"Perlu diperhatikan, sebaiknya pemerintah memesan buku teks itu memakai standar yang sudah ada saja (SNI). Terkadang pemerintah mengorder dengan spesifikasi kertas tertentu, ini tentu menyulitkan industri dan tidak efisien," ujar Rusli.

Sementara itu Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI), Jimmy Juneanto mengatakan industri saat ini lebih berhati-hati dengan menentukan produk kertas apa yg dibutuhkan masyarakat dengan nilai yang menguntungkan.

"Industri grafika hampir sama dengan kertas. Hanya diperlukan kecerdasan untuk menyesuaikan dengan apa yang harus dicetak," sebut Jimmy kepada KONTAN (5/7).

Tahun ajaran baru 2017/2018 ini, PPGIĀ memperkirakan, sedikitnya 66.000 ton kertas akan dikonsumsi untuk kebutuhan buku tulis dan teks dalam periode 2-3 bulan ini, menjelang dan setelah euforia libur sekolah. Apalagi saat ini harga kertas cukup bersaing.

"Sementara harga jual barang jadi tergantung dari produk dan kontennya. UntukĀ buku tulis dan buku teks, bersaing karena banyak pemain," katanya.

Untuk buku teks yang dikelola oleh dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Jimmy mencatat tahun ajaran 2016/2017 Pemerintah baru menyediakan 25% kebutuhan buku teks melalui Anggaran Buku BOSnya. Tahun ajaran ini sekitar 50% atau sekitar 90 juta buku teks. "Sedang ditahun berikutnya bisa mencapai 75% untuk buku teks, kami lihat memang ada kenaikan yang signifikan," urainya.

Dominasi Sinar Mas Group

Adapun untuk buku tulis masih didominasi oleh Grup Sinar Mas. Jimmy membenarkan hal itu, dimana 70-85% pasar buku tulis dikuasai grup besar tersebut. Sementara banyak pabrikan menengah bersaing di pangsa pasar 25-30 persen.

Menurut data ikhtisar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun ajaran 2016/2017 jumlah siswa di Indonesia mencapai 59 juta jiwa.

Jika satu siswa membutuhkan tiga buku tulis per tahun, dalam setahun ajaran yang lalu kebutuhan buku tulis mencapai 177 juta eksemplar. Dengan simulasi hitungan Sinar Mas menguasai pasar 70-85%, maka angka pangsa pasar buku tulis Sinar Mas berada di kisaran 124-150 juta eksemplar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia