Tahun depan ANTM siap berbelanja Rp 7,8 triliun



JAKARTA. Meski kondisi ekonomi tahun ini sedang seret, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bersiap tancap gas pada tahun depan. ANTM yakin, kondisi ekonomi global dan dalam negeri di tahun 2016 akan lebih baik dari tahun ini.

Direktur ANTM Johan Nababan mengatakan, rencana kerja ANTM tahun depan memang masih dalam tahap pembahasan. Namun, ia memperkirakan, total belanja ANTM tahun depan bisa mencapai Rp 7,8 triliun untuk penyelesaian beberapa proyek besar perseroan. Belanja modal itu jauh lebih tinggi dari dana belanja ANTM tahun ini yang berkisar Rp 1,72 triliun.

Seperti diketahui, ANTM berharap bisa mengamankan pendanaan sebesar Rp 5,39 triliun dari Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue. Rinciannya, Rp 3,5 triliun Penambahan Modal Negara (PMN) dan Rp 1,89 triliun berasal dari publik.


Seluruh dana rights issue akan digunakan untuk penyelesaian proyek pengembangan pabrik Feronikel Halmahera Timur. Nah, ANTM juga akan tetap melakukan belanja rutin alias mengembangkan proyek lainnya. Nilai belanja modal itu mencapai Rp 2,5 triliun. "Jadi memang akan jauh lebih agresif ekspansinya di tahun depan, terutama karena akan dapat PMN," ujar Johan kepada KONTAN, Kamis (3/9).

Memang selain proyek Feronikel Halmahera yang sedang dikebut, ANTM masih akan menuntaskan pabrik Smelter Grade Alumina di Mempawah, Kalimantan Barat. Pembangunannya diharapkan bisa dimulai pada akhir April tahun depan.

Selain dari PMN, ANTM akan mencari pinjaman eksternal dari perbankan sekitar US$ 1,2 miliar atau 70% dari nilai proyek SGA yang mencapai US$ 1,8 miliar. Dalam proyek itu, perseroan bekerja sama dengan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), Keduanya tengah mencari mitra asing untuk pembangunan smelter tersebut.

Di tahun ini, ANTM memang banyak mengerem ekspansi karena keterbatasan biaya. Namun di tahun depan, ANTM bakal lebih gencar ekspansi demi pertumbuhan laba tahun depan. Maklum, hingga Semester I -2015 ini, ANTM masih mencatatkan rugi bersih Rp 396 miliar. Kerugian itu turun 41% dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 671 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro