Tahun depan, BNI Syariah proyeksi DPK tumbuh 15%-16%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan mempersulit bank kecil dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK). Lantaran bank harus mampu berebut dana dengan bank besar. Namun bagi bank syariah pertumbuhan DPK masih tumbuh dobel digit.

PT BNI Syariah merupakan salah satu kelompok Bank umum kegiatan usaha (BUKU) II, masih mampu mencatat himpunan DPK Rp 34,6 triliun hingga Oktober 2018. Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto bilang nilai ini tumbuh 22,4% secara tahun atau year on year (yoy).

"Sementara itu pertumbuhan Pembiayaan mencapai 20,4% yoy menjadi Rp 27,3 triliun. Sehingga per Oktober 2018 rasio FDR berada di sekitar 80%. Sedangkan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) mencapai 82%," ujar Wahyu kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.


Wahyu mengatakan hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas BNI Syariah sangat mencukupi, sebagaimana likuiditas di perbankan Syariah. Data Otoritas Jasa Keuangan, FDR bank umum syariah pada September berada di posisi 78,95%.

Pada tahun depan, anak usaha dari PT Bank Negara Indonesia Tbk ini memproyeksi pertumbuhan DPK dan pembiayaan berkisar 15-16% year on year (yoy). Wahyu bilang, melalui proyeksi ini, BNI Syariah akan menjaga likuditas perusahaan seperti kondisi 2018.

Guna menghimpun DPK lebih besar, BNI Syariah akan mengoptimalisasi sinergi dengan induk yakni BNI dalam penghimpunan dana melalui Syariah Channeling Outlet (SCO).

"Kerjasama dengan Institusi, Sekolah, Universitas, Pesantren, Rumah Sakit dll khususnya terkait layanan transaksi keuangan, pembayaran dan payroll. Mengelola penempatan dana dari lembaga Pemerintah maupun BUMN," imbuh Wahyu.

Asal tahu saja, hingga Oktober 2018, BNI Syariah mencatatkan pertumbuhan laba bersih 29,73% yoy menjadi Rp 344 miliar. Padahal posisi yang sama tahun lalu laba bersih hanya Rp 265,16 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .