Tahun depan ekspor tekstil terancam merosot 10%



JAKARTA. Ketersediaan bahan baku dan harga kapas yang tinggi bisa mengancam pasar ekspor tekstil Indonesia. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat Usmam ancaman ini khusus untuk pembeli di negara-negara Asia dan Afrika yang sangat sensitif terhadap kenaikan harga. Ade bilang ancaman penurunan ekspor di negara-negara Asia dan Afrika bisa 5-10%. Sedangkan untuk target ekspor ke Amerika tetap stabil karena pertumbuhan ekonominya masih baik."Negara Asia dan Afrika ekonominya masih belum kuat, jadi bisa menolak kalau harga kami naikkan," katanya, Rabu (15/12). Memang dampak ekspor sampai akhir tahun 2010 memang belum terasa. Ia bilang tahun 2009 nilai ekspor tekstil mencapai US$ 9,2 miliar. Sedangkan pada sampai akhir tahun 2010 ekspor tekstil mencapai US$ 10.5 miliar. Menurut Ade, minimnya pasokan bahan baku adalah kondisi riil produksi, bukan karena ulah spekulan yang dampaknya hanya sementara."Bayangkan kami harus tunggu panen raya di India dan Pakistan hingga September tahun 2011," ungkap Ade. Jika ini terjadi, Ade bilang produsen harus cermat mencari pasar baru yang daya belinya bagus di luar negeri. Pasalnya pasar dalam negeri khusus untuk tekstil belum bisa menunjang omzet penjualan tekstil. Ade bilang saat ini pasar dalam negeri tekstil mencapai US$ 4,5 miliar komposisinya 40% dikuasai perusahaan tekstil asing dan 60% lokal."Kalau mau bidik dalam negeri harus ada dukungan kebijakan pemerintah, daya beli masyarakat kita masih rendah untuk menyerap produk," ungkapnya. Djasimoen, Manajer Ekspor Impor PT Sandratex bilang saat ini ada potensi volume ekspor. Sandratex beberapa bulan ini terpaksa harus menaikkan harga jual kain dan benang hingga 50%. Sandratex produsen tekstil yang target ekspornya pasar Korea Selatan dan Amerika. Dalam Satu bulan biasanya Sandratex bisa mengirim 5 sampai 6 kontainer tekstil ke negara tujuan."Saat ini buyer masih mau beli, tapi lama-lama pasti ada puncaknya mereka pasti mengurangi volume pembelian," katanya. Kenaikan ini harga kapas ini kemudian membuat Sandratex memangkas kontrak ekspor impor hanya 1 bulan saja. Sebelum ada kenaikan Sandratex kontrak ekspor ataupun impor hingga mencapai dua bulan. Selain itu Sandratex mulai memperkuat porsi pasar domestik yang semula hanya 30% menjadi 50%."Jadi antara pasar ekspor dan domestik sekarang sudah imbang untuk mengantisipasi gagalnya ekspor seperti peristiwa krisis ekonomi tahun 2008 lalu," ungkap Djasimoen. Sandratex sendiri merasakan minimnya pasokan kapas. Djasimoen bilang pada bulan lalu, kontrak impor 175 ton kapas dibatalkan secara sepihak oleh India. Djasimoen bilang ini karena jatah impor sudah melewati batas. Ia menyesalkan karena tidak ada pemberitahuan tentang pembatasan impor ini."Kami juga bingung, kami kekurangan bahan baku," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.