KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan pasar ekspor minyak sawit belum akan pulih 100% di tahun mendatang. Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, hal ini disebabkan adanya kemungkinan perubahan perilaku akibat penerapan new normal. "Karena new normal itu mungkin akan terjadi beberapa perilaku dalam konsumsi dan segala macam, saya yakin itu. Jadi mungkin belum normal 100% kalau ekspor," ujar Joko secara virtual, Jumat (20/11).
Sebelumnya, Joko memang memperkirakan bahwa ekspor produk sawit di tahun ini akan lebih rendah dibandingkan 2020 karena selama 8 bulan terdampak pandemi Covid-19.
Baca Juga: Gapki harap pendapatan devisa dari sawit bisa mencapai US$ 21 miliar pada tahun 2020 Sementara itu, Joko menilai bahwa konsumsi biodiesel di dalam negeri akan menjadi salah satu hal yang mengendalikan berbagai faktor
supply dan
demand di tahun mendatang. Menurutnya, hal ini dikarenakan pemerintah Indonesia yang dinilai cukup konsisten dalam menjalankan program biodiesel. Tak hanya itu, Joko juga mengatakan produk oleokimia menjadi salah satu produk yang menjadi perhatian di tahun depan. Pasalnya, hingga September 2020, konsumsi oleokimia mengalami peningkatan hingga 49% yoy. "Salah satu yang perlu di-
highlight adalah konsumsi oleokimia, itu meningkat di dalam negeri, itu mungkin menjadi catatan pasar domestik termasuk pasar ekspor di tahun depan," ujar Joko. Meski begitu, Joko mengatakan, industri sawit akan tetap berupaya menjaga operasional supaya bisa beroperasi dengan normal. Menurutnya, salah satu hal yang penting yang dilakukan di tahun mendatang adalah menjaga kesehatan, baik pekerja hingga keluarga para pekerja. Karenanya, penerapan protokol kesehatan tetap menjadi hal penting di tahun depan.
Baca Juga: Ini negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia yang naik di bulan September Joko menyebut, minyak sawit akan terus mendapatkan berbagai tantangan. Namun, satu hal yang perlu menjadi perhatian di tahun depan adalah pengimplementasian UU Cipta kerja. Dia berharap UU Cipta Kerja ini bisa diimplementasikan dengan baik sehingga bisa memberikan berbagai perbaikan bagi industri sawit. "Saya rasa ini tidak mudah, karena proses menjadi UU saja sudah ribut, apalagi nanti proses implementasinya, saya pikir sangat challenging, dan itu pentingnya kita untuk terus melakukan koordinasi dan sinergi dengan banyak pihak dengan sebaik-baiknya," kata Joko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .