KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pelabuhan Indonesia II (persero) pada tahun depan akan mengalokasikan dana belanja modal sebesar Rp 7,6 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk penyelesaian pembangunan Pelabuhan Kijing, Kalimantan Barat yang dikebut pembangunannya. Elvyn G Masasya, Direktur Utama IPC menyebut saat ini Pelabuhan Kijing telah mencapai 37% dari sisi progres pembangunannya. Diprediksi pada 20 Juli 2020 mendatang tahap satu terminal multipurpose tersebut bisa selesai. Baca Juga: IPC: Kajian holding BUMN pelabuhan butuh 6 bulan “Capex tahun depan masih mengandalkan kas internal kami, kami tidak ada rencana untuk mengeluarkan bond. Masih mengandalkan cash operation kami untuk membiayai capex Rp 7,6 triliun dari aktivitas kami itu mencukupi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (20/11) Sedangkan tahun ini, manajemen mengalokasikan capex sebesar RP 7 triliun dan sampai akhir tahun nanti dirinya menyebut realisasinya akan dibawah itu karena ada beberapa faktor termasuk penurunan aktivitas bongkar muat di pelabuhan akibat adanya perang dagang. Namun perusahaan berhasil menutup penurunan aktivitas bongkar muat tersebut dengan meningkatkan aktivitas transhipment. Selain itu, perusahaan juga melakukan efisiensi yang cukup besar, sehingga kendati tahun ini target pendapatan akan sedikit meleset namun dari sisi laba masih akan tumbuh cukup baik.
Tahun depan IPC siapkan belanja modal Rp 7,6 triliun
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pelabuhan Indonesia II (persero) pada tahun depan akan mengalokasikan dana belanja modal sebesar Rp 7,6 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk penyelesaian pembangunan Pelabuhan Kijing, Kalimantan Barat yang dikebut pembangunannya. Elvyn G Masasya, Direktur Utama IPC menyebut saat ini Pelabuhan Kijing telah mencapai 37% dari sisi progres pembangunannya. Diprediksi pada 20 Juli 2020 mendatang tahap satu terminal multipurpose tersebut bisa selesai. Baca Juga: IPC: Kajian holding BUMN pelabuhan butuh 6 bulan “Capex tahun depan masih mengandalkan kas internal kami, kami tidak ada rencana untuk mengeluarkan bond. Masih mengandalkan cash operation kami untuk membiayai capex Rp 7,6 triliun dari aktivitas kami itu mencukupi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (20/11) Sedangkan tahun ini, manajemen mengalokasikan capex sebesar RP 7 triliun dan sampai akhir tahun nanti dirinya menyebut realisasinya akan dibawah itu karena ada beberapa faktor termasuk penurunan aktivitas bongkar muat di pelabuhan akibat adanya perang dagang. Namun perusahaan berhasil menutup penurunan aktivitas bongkar muat tersebut dengan meningkatkan aktivitas transhipment. Selain itu, perusahaan juga melakukan efisiensi yang cukup besar, sehingga kendati tahun ini target pendapatan akan sedikit meleset namun dari sisi laba masih akan tumbuh cukup baik.