JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) tengah menghimpun sejumlah dana untuk memenuhi rencana bisnisnya tahun depan. Jumlahnya terbilang besar, jika digabung totalnya mencapai US$ 1,5 miliar atau Rp 17,8 triliun.Jika dirinci, jumlah tersebut merupakan bagian dari dua rencana aksi korporasi ISAT, yakni pencarian pinjaman senilai US$ 850 juta dan rencana penerbitan emisi obligasi atau guaranteed notes sebesar US$ 650 juta.Perlu diketahui, ISAT telah memiliki rencana persiapan belanja modal atau capital expenditure Rp 16 triliun untuk rencana bisnis selama dua tahun, yakni tahun ini dan tahun depan. Untuk tahun 2014, emiten yang sempat diisukan akan di-buyback jika Jokowi menang pemilu nanti ini menyiapkan capex sekitar Rp 9 triliun.Investor Relations Indosat Andromeda Tristanto bilang, untuk kebutuhan modal kerja pihaknya telah mengajukan Request for Proposal (RFP) untuk sejumlah fasilitas kredit perbankan. "Kami mengajukan RFP untuk pendanaan modal kerja (revolving facility) dan fasilitas kredit ekspor (export credit agreement/ECA) dengan tenor maksimal lima tahun," ujarnya kepada wartawan belum lama ini.Sementara terkait penerbitan obligasi, ini merupakan rencana ISAT untuk merubah profil utangnya. Penerbitan obligasi dilakukan dalam rangka pembayaran kembali atau refinancing guaranteed notes senilai US$ 650 juta atau sekitar RP 7,7 triliun. Informasi saja, obligasi yang bakal di-refinancing itu akan jatuh tempo pada 29 Juli 2020 dengan tingkat suku bunga 7,375% per tahun. Adapun kupon dibayarkan setiap enam bulan. Obligasi ini meraih peringkat BB+ dari S&P serta peringkat Ba1 dari Moody’s Investors Service dengan prospek stabil. Nah, untuk obligasi yang baru nanti memiliki tenor yang lebih panjang, mencapai 7 tahun sehingga ISAT bakal memiliki napas yang lebih panjang lantaran beban keuangannya terkompensasi oleh tenor yang lebih panjang.Rencananya, obligasi ini akan diterbitkan pada kuartal II tahun depan. "Saat ini, kami sedang menunggu proses audit Laporan Keuangan periode Januari–Juni 2014," pungkas Tristanto.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tahun depan, ISAT butuh dana US$ 1,5 miliar
JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) tengah menghimpun sejumlah dana untuk memenuhi rencana bisnisnya tahun depan. Jumlahnya terbilang besar, jika digabung totalnya mencapai US$ 1,5 miliar atau Rp 17,8 triliun.Jika dirinci, jumlah tersebut merupakan bagian dari dua rencana aksi korporasi ISAT, yakni pencarian pinjaman senilai US$ 850 juta dan rencana penerbitan emisi obligasi atau guaranteed notes sebesar US$ 650 juta.Perlu diketahui, ISAT telah memiliki rencana persiapan belanja modal atau capital expenditure Rp 16 triliun untuk rencana bisnis selama dua tahun, yakni tahun ini dan tahun depan. Untuk tahun 2014, emiten yang sempat diisukan akan di-buyback jika Jokowi menang pemilu nanti ini menyiapkan capex sekitar Rp 9 triliun.Investor Relations Indosat Andromeda Tristanto bilang, untuk kebutuhan modal kerja pihaknya telah mengajukan Request for Proposal (RFP) untuk sejumlah fasilitas kredit perbankan. "Kami mengajukan RFP untuk pendanaan modal kerja (revolving facility) dan fasilitas kredit ekspor (export credit agreement/ECA) dengan tenor maksimal lima tahun," ujarnya kepada wartawan belum lama ini.Sementara terkait penerbitan obligasi, ini merupakan rencana ISAT untuk merubah profil utangnya. Penerbitan obligasi dilakukan dalam rangka pembayaran kembali atau refinancing guaranteed notes senilai US$ 650 juta atau sekitar RP 7,7 triliun. Informasi saja, obligasi yang bakal di-refinancing itu akan jatuh tempo pada 29 Juli 2020 dengan tingkat suku bunga 7,375% per tahun. Adapun kupon dibayarkan setiap enam bulan. Obligasi ini meraih peringkat BB+ dari S&P serta peringkat Ba1 dari Moody’s Investors Service dengan prospek stabil. Nah, untuk obligasi yang baru nanti memiliki tenor yang lebih panjang, mencapai 7 tahun sehingga ISAT bakal memiliki napas yang lebih panjang lantaran beban keuangannya terkompensasi oleh tenor yang lebih panjang.Rencananya, obligasi ini akan diterbitkan pada kuartal II tahun depan. "Saat ini, kami sedang menunggu proses audit Laporan Keuangan periode Januari–Juni 2014," pungkas Tristanto.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News