JAKARTA. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida S.Alisyahbana mengatakan, neraca perdagangan tahun depan berpotensi defisit. Dia bilang potensi itu dapat dengan mudah terlihat dalam asumsi makro 2011 mengenai ekspor dan impor.Asumsi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2011 menyebutkan, untuk menompang target pertumbuhan ekonomi 6,3%, pemerintah mematok asumsi ekspor barang dan jasa sebesar 8,3%. Asumsi ekspor itu lebih kecil dibandingkan asumsi impor barang dan jasa yang ditetapkan 9,3%.Armida bilang, adanya potensi perlambatan peningkatan ekspor dan peningkatan impor yang tinggi menyebabkan terjadinya surplus transaksi berjalan menurun. Di sisi lain dia menilai, nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan. "Dengan meningkatnya rating dan yield yang menarik masuk akan mendorong arus modal ke Indonesia. Asumsi kurs Rp 9.300 kami pandang sebagai realistis," lanjutnya.Menurut dia, untuk mendongkrak nilai ekspor, pemerintah akan melakukan diversifikasi pasar, peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi, dan perluasan akses pasar dan promosi. Dari sisi produksi, Armida mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun depan akan didorong oleh sektor industri pengolahan, pertanian, dan pengangkutan serta telekomunikasi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tahun depan, neraca perdagangan berpotensi negatif
JAKARTA. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida S.Alisyahbana mengatakan, neraca perdagangan tahun depan berpotensi defisit. Dia bilang potensi itu dapat dengan mudah terlihat dalam asumsi makro 2011 mengenai ekspor dan impor.Asumsi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2011 menyebutkan, untuk menompang target pertumbuhan ekonomi 6,3%, pemerintah mematok asumsi ekspor barang dan jasa sebesar 8,3%. Asumsi ekspor itu lebih kecil dibandingkan asumsi impor barang dan jasa yang ditetapkan 9,3%.Armida bilang, adanya potensi perlambatan peningkatan ekspor dan peningkatan impor yang tinggi menyebabkan terjadinya surplus transaksi berjalan menurun. Di sisi lain dia menilai, nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan. "Dengan meningkatnya rating dan yield yang menarik masuk akan mendorong arus modal ke Indonesia. Asumsi kurs Rp 9.300 kami pandang sebagai realistis," lanjutnya.Menurut dia, untuk mendongkrak nilai ekspor, pemerintah akan melakukan diversifikasi pasar, peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi, dan perluasan akses pasar dan promosi. Dari sisi produksi, Armida mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun depan akan didorong oleh sektor industri pengolahan, pertanian, dan pengangkutan serta telekomunikasi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News