Tahun depan, Pefindo proyeksi penerbitan surat utang korporasi stagnan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksi penerbitan surat utang korporasi di akhir tahun 2018 hingga 2019 mendatang bakal cenderung melambat. Sepanjang 2017, Pefindo mencatat penerbitan mencapai Rp 183,8 triliun. Sementara, akhir tahun ini total penerbitan surat utang diprediksi berkisar Rp 120 triliun hingga Rp 170 triliun.

Ekonom Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, volatilitas di pasar keuangan dalam negeri masih akan berlanjut, terutama akibat sentimen eksternal yang berpusar pada peningkatan suku bunga acuan The Federal Reserves dan isu perang dagang antara AS dan China.

Lantas, Bank Indonesia pun diprediksi masih akan mengerek suku bunga acuan dalam negeri sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% nhingga akhir tahun 2018.


"Sementara, tahun depan kami perkirakan BI menaikkan suku bunga dua kali masing-masing 25 bps sehingga berada di level 6,25%," ujar Fikri, Kamis (20/9).

Di sisi lain, Fikri memproyeksi nilai tukar rupiah berpotensi mengalami penguatan ke level Rp 14.700 per dollar Amerika Serikat (AS) di akhir tahun nanti. Tahun depan, mengikuti acuan APBN 2019, Pefindo memperkirakan rupiah berkisar Rp 14.400 - Rp 14.500 per dollar AS.

Adapun, Fikri juga memprediksi, yield obligasi pemerintah alias Surat Utang Negara (SUN) acuan tenor 10 tahun akan berada pada level 8,4% sampai akhir tahun. Namun, tahun depan yield diproyeksi makin tinggi hingga menyentuh 8,6%.

Tren kenaikan suku bunga acuan serta yield SUN 10 tahun bakal menjadi beban bagi penerbitan surat utang korporasi hingga tahun depan, terutama dari aspek cost of fund. Tambah lagi, Fikri menilai, ada beberapa regulasi baru dari pemerintah yang kurang mendukung animo penerbitan surat utang.

Misalnya, belum lama ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan surat edaran yang melarang penggunaan Medium Term Notes (MTN) sebagai underlying produk reksadana. Juga Peraturan OJK Nomor 11/2018 tentang Penawaran Umum Efek Bersifat Utang atau Sukuk kepada Pemodal Profesional yang, secara singkat, mengizinkan penerbitan surat utang tanpa pemeringkatan terlebih dahulu bagi investor profesional.

"Aturan-aturan baru tersebut kami pikir bersifat tidak favorable untuk penerbitan obligasi korporasi ke depannya," ujar Fikri.

Dengan demikian, Pefindo memproyeksi, tahun depan jumlah penerbitan surat utang korporasi tidak akan berbeda jauh dari tahun ini. Fikri menyebut, nilai penerbitan surat utang masih akan berada di kisaran yang hampir sama dengan tahun ini yakni Rp 130 triliun sampai Rp 170 triliun. Nilai tersebut sudah mencakup penerbitan obligasi korporasi, MTN, sukuk dan efek beragun aset (EBA).

Adapun, sepanjang periode Januari-Agustus 2018, Pefindo mencatat penerbitan surat utang korporasi secara nasional mencapai Rp 99,1 triliun. Sementara, total emisi penerbitan yang diperingkat oleh Pefindo sendiri sebesar Rp 83,66 tiliun, atau sekitar 84% dari total pemeringkatan keseluruhan.

Sampai akhir tahun dan selanjutnya, Pefindo masih memegang mandat untuk pemeringkatan pada 31 perusahaan. Total rencana emisi yang dimandatkan tersebut mencapai Rp 40 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti