KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tahun depan diprediksi tetap turun, meski pendapatan sumber daya alam (SDA) masih digenjot. Sebab, pada pos kekayaan negara dipisahkan (KND) diramal belum optimal akibat dampak pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19). Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021, PNBP ditargetkan sebesar Rp 293,5 triliun. Angka tersebut turun tipis 0,2% secara tahunan dibanding
outlook tahun 2020 senilai Rp 294,1 triliun. Dari sisi pos KND, target pemerintah hanya sebesar Rp 26 triliun, tumbuh negatif 59,8% yoy dibanding target tahun ini sebesar Rp 65 triliun. Sementara, untuk proyeksi PNBP minyak dan gas bumi (migas) diprediksi tumbuh 35,9% yoy atau setara Rp 72,4 triliun, lebih tinggi dari tahun ini senilai Rp 53,3 triliun.
Adapun, untuk target PNBP SDA non-migas dipatok sebesar Rp 29,1 triliun, tumbuh 12.9% yoy dari proyeksi akhit tahun ini senilai Rp 25,8 triliun. Sisanya pos PNBP, berasal dari PNBP lainnya dan badan layanan umum (BLU) yang masing-masing ditargetkan sebesar Rp 107 triliun dan Rp 50 triliun. Direktur PNBP SDA dan KND Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Kurnia Chairi mengatkan, penurunan KND terjadi kinerja badan usaha milik negara (BUMN) pada 2021 belum bisa maksmal. Alhasil, dividen BUMN yang disetor ke negara, menciut. “Karena sangat ditentukan dari proyeksi laba yang akan dihasilkan oleh BUMN di tahun buku 2020 sekarang ini. Sebagaimana diketahui kondisi ekonomi di tahun 2020 ini cukup tertekan akibat dampak Covid-19,” kata Kurnia kepada Kontan.co.id, Selasa (2/9).
Baca Juga: Kemenkeu akan optimalisasi penerimaan pajak digital pada 2021 Adapun untuk SDA non-migas, pertumbuhan di tahun depan akan ditopang oleh sektor mineral dan batubara. Kata Kurnia, ini sejalan dengan asumsi adanya kenaikan produksi batubara dan harga batubara pada 2021. Kemudian, untuk SDA migas, targetnya meningkat seiring kenaikan asumsi Indonesia Crude Price (ICP) dan
lifting migas. Nah, tahun depan target
lifting minyak diprediksi masih stagnan dengan tahun ini di level 705.000 barel per hari. Sementara, untuk
lifting gas alam ditargetkan sebesar 1 juta barel setara minyak per hari, naik tipis dari tahun ini sejumlah 992.000 barel setara minyak. Kendati demikian, harga minyak diprediksi menguat dari asumsi tahun ini di level US$ 35-US$ 40 per barel menjadi US$ 45 per barel di tahun 2021. Dus, harga minyak akan menopang penerimaan SDA migas di tengah
lifting minyak yang tidak meningkat. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penerimaan SDA tahun depan akan besar dipengaruhi oleh ekonomi global dan dimamika geopolitik, sehingga memengaruhi harga-harga komoditas. Dengan demikian, demand global masih menjadi ancaman penerimaan negara kedua terbesar setelah penerimaan pajak tersebut.
“Harga sangat pengaruhi penerimaan negara dan ekonomi Indonesia seperti batubara masih dalam relatif belum pulih meski relatif sudah membaik atau stbail.
Crude palm oil (CPO) salah satu komoditas yang juga sangat pengaruhi penerimaan juga mulai ke arah membaik dibadingkan kondisi Mei yang merupakan level terendah,” kata Menkeu, kemarin (1/9). Menkeu menegaskan, PNBP SDA tahun depan akan ditentukan pada periode semester II-2020 terkait dengan stabilisasi harga.
Baca Juga: Pemerintah terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi agar tidak masuk zona resesi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat