JAKARTA. Niat pemerintah menekan subsidi energi bisa berimbas ke imbal hasil reksadana di tahun depan. Pelaku pasar memproyeksikan imbal hasil reksadana, terutama reksadana pendapatan tetap, akan menurun. Dalam situasi itu, reksadana saham dinilai lebih pas sebagai pilihan. Harsya Prasetyo, Senior Vice President Retail Investment and Consumer Treasury Head Citi Indonesia, menduga, penurunan subsidi akan berdampak ke inflasi dan bunga acuan Bank Indonesia (BI). "Kenaikan inflasi tahun depan kemungkinan akan lebih dipengaruhi oleh pengurangan subsidi tarif dasar listrik (TDL). Kami memperkirakan BI rate akan naik 25 basis poin pada kuartal IV dari posisinya saat ini," analisa Harsya, Rabu (3/10). Saat ini, BI rate sebesar 5,75%. Apabila naik 25 basis poin, berarti BI rate menjadi 6%. Menurut Harsya, kondisi tersebut akan lebih berpengaruh ke reksadana pendapatan tetap, yang memiliki aset dasar berupa obligasi.
Kenaikan BI rate pasti menuai respon di pasar obligasi. Yang lazim terjadi, harga obligasi akan turun, dan yield naik. "Return pendapatan tetap tahun depan kemungkinan tidak jauh berbeda dibandingkan saat ini, sekitar 6,6% saja," prediksi Harsya. Rata-rata reksadana pendapatan tetap sampai September 2012 memberi imbal hasil 4,67%. Sementara return reksadana campuran sebesar 5,71% dan return reksadana saham memberi 7,61%. Pilih reksadana saham Alasan itu manajer investasi menyarankan investor memilih reksadana saham sebagai lahan investasi. Harsya bilang, reksadana saham jauh lebih menguntungkan dibanding produk lain. Citi bahkan memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) tahun depan bisa mencapai 5.000. "Tahun depan return saham bisa 10% sehingga reksadana saham bisa lebih baik dibandingkan reksadana pendapatan tetap," tutur dia. Fadlul Imansyah, Vice President Head of Investment PT CIMB Asset Management memberi saran serupa. Rekomendasi Fadlul adalah reksadana saham dengan aset dasar saham berbasis infrastruktur. Hitungan Fadlul, return reksadana saham, selama tahun depan, berkisar 15% - 20%. Angka itu jauh di atas proyeksi Fadlul atas return reksadana pendapatan tetap, 8%. Analis Infovesta Utama Wawan Hendrayana sepakat. Menurut dia, reksadana saham tahun depan masih memberikan prospek menarik dibandingkan reksadana lain.