JAKARTA. Niat pemerintah menekan subsidi energi bisa berimbas ke imbal hasil reksadana di tahun depan. Pelaku pasar memproyeksikan imbal hasil reksadana, terutama reksadana pendapatan tetap, akan menurun. Dalam situasi itu, reksadana saham dinilai lebih pas sebagai pilihan. Harsya Prasetyo, Senior Vice President Retail Investment and Consumer Treasury Head Citi Indonesia, menduga, penurunan subsidi akan berdampak ke inflasi dan bunga acuan Bank Indonesia (BI). "Kenaikan inflasi tahun depan kemungkinan akan lebih dipengaruhi oleh pengurangan subsidi tarif dasar listrik (TDL). Kami memperkirakan BI rate akan naik 25 basis poin pada kuartal IV dari posisinya saat ini," analisa Harsya, Rabu (3/10). Saat ini, BI rate sebesar 5,75%. Apabila naik 25 basis poin, berarti BI rate menjadi 6%. Menurut Harsya, kondisi tersebut akan lebih berpengaruh ke reksadana pendapatan tetap, yang memiliki aset dasar berupa obligasi.
Tahun depan, return reksadana menurun
JAKARTA. Niat pemerintah menekan subsidi energi bisa berimbas ke imbal hasil reksadana di tahun depan. Pelaku pasar memproyeksikan imbal hasil reksadana, terutama reksadana pendapatan tetap, akan menurun. Dalam situasi itu, reksadana saham dinilai lebih pas sebagai pilihan. Harsya Prasetyo, Senior Vice President Retail Investment and Consumer Treasury Head Citi Indonesia, menduga, penurunan subsidi akan berdampak ke inflasi dan bunga acuan Bank Indonesia (BI). "Kenaikan inflasi tahun depan kemungkinan akan lebih dipengaruhi oleh pengurangan subsidi tarif dasar listrik (TDL). Kami memperkirakan BI rate akan naik 25 basis poin pada kuartal IV dari posisinya saat ini," analisa Harsya, Rabu (3/10). Saat ini, BI rate sebesar 5,75%. Apabila naik 25 basis poin, berarti BI rate menjadi 6%. Menurut Harsya, kondisi tersebut akan lebih berpengaruh ke reksadana pendapatan tetap, yang memiliki aset dasar berupa obligasi.