Tahun depan Sido Muncul merambah pasar Nigeria



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kalau tak ada aral melintang, tahun depan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk bakal merambah pasar Nigeria, Afrika. Produsen obat herbal merek Tolak Angin ini paling tidak membutuhkan waktu setahun sebelum merealisasikan ekspor ke benua hitam.

Pada 5 Januari 2018 lalu, Sido Muncul secara khusus mendirikan anak usaha di Nigeria bernama Muncul Nigeria Limited. Pendirian Muncul Nigeria bertujuan untuk mempermudah proses pendaftaran izin impor dan pemasaran produk Sido Muncul.

Dengan jumlah populasi penduduk 175 juta, Sido Muncul yakin pasar Nigeria sangat menjanjikan. "Pasti selanjutnya ke negara tetangga Nigeria yang jumlah penduduknya lebih kecil dari Nigeria," kata David Hidayat, Direktur Utama Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, kepada Kontan.co.id, Rabu (5/12) lalu.


Untuk debut perdana ekspansi, Sido Muncul hanya akan memasarkan produk ke Nigeria. Mereka belum berpikir untuk membangun pusat produksi di negara dengan ibu kota Abuja tersebut.

Sambil mengawal rencana ekspor perdana ke Nigeria, Sido Muncul berencana menambah kantor perwakilan di negara tujuan ekspor lain yang sudah dirambah. Terakhir kali, perusahaan yang tercatat dengan kode saham SIDO di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu menambah kantor perwakilan pada Oktober 2018 lalu di Filipina.

Produk ekspor Sido Muncul berupa Kuku Bima Energi dan Tolak Angin. Tanpa menyebutkan target, mereka mengaku sejauh ini kontribusi penjualan ekspor masih mini. "Tapi prospek ke depan menjanjikan," tutur David.

Tahun depan, Sido Muncul mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebanyak Rp 150 miliar. Manajemen perusahaan ini belum bersedia mengungkapkan target kinerja keuangan di 2019.

Hingga September 2018, pendapatan Sido Muncul tumbuh 4,30% year on year (yoy) menjadi Rp 1,94 triliun. Penjualan herbal dan suplemen berkontribusi Rp 1,27 triliun. Sementara laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atawa laba bersih melesat 26,22% yoy menjadi Rp 480,11 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi