Tahun depan, target investasi Indonesia naik 15%



JAKARTA. Penetapan target pertumbuhan ekonomi 5,8% pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 bakal semakin menyibukkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Mereka harus mendongkrak kegiatan penanaman modal tahun depan. Paling tidak, investasi langsung tahun depan harus tumbuh di atas 15% dibandingkan tahun ini.

Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis, bilang, jumlah penanaman modal pada 2014 ini akan mencapai Rp 456,6 triliun. Artinya, untuk mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,8% membutuhkan investasi langsung minimal Rp 520 triliun. "Harus tumbuh minimal 15%," tandas Azhar, Selasa (30/9).

Asal tahu saja, penyokong pertumbuhan ekonomi berdasarkan jenis pengeluaran ada lima macam. Mereka adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB), ekspor barang dan jasa, lalu dikurangi impor barang dan jasa. 


Azhar mengakui target investasi tahun depan sangat besar. Namun, dengan presiden baru yang disukai pasar serta perkembangan perekonomian Indonesia sekarang, Azhar optimistis bisa mencapai target tersebut. 

Terpilihnya Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2014-2019 memberi dampak positif bagi investor. Pengusaha meyakini Jokowi mendukung investasi di Indonesia.

Selain itu, belakangan citra Indonesia di mata internasional membaik. Akhir Agustus lalu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Amerika Serikat (AS) merilis hasil survei yang menyatakan 81% pengusaha di negara itu akan menjadikan Indonesia sebagai tujuan ekspansi bisnis tahun depan. Survei ini melibatkan 588 orang eksekutif senior perusahaan AS di ASEAN. 

Dengan persentase itu, Indonesia menjadi juara pertama mengungguli sembilan negara di ASEAN lainnya. 

Pesimistis tercapai

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, berpendapat, target investasi langsung Rp 520 triliun tak akan cukup mendongkrak pertumbuhan ekonomi 5,8% tahun depan. Alasannya, jumlah itu hanya akan berkontribusi sekitar 4% terhadap produk domestik bruto (PDB) 2015 yang diperkirakan mencapai Rp 11.000 triliun. 

"Justru investasi tak langsung yang akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi," kata Destry. Mengingat, kini aliran dana asing sudah berkontribusi 60%–70% terhadap sistem keuangan domestik. Jadi, pemerintah harus menjaga dana asing tetap di Indonesia. 

Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Doddy Ariefianto, pesimistis target 5,8% bisa tercapai. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan menekan pertumbuhan ekonomi. Setiap harga BBM naik 10%, pertumbuhan ekonomi berkurang 0,2%. "Tanpa kenaikan harga BBM, perhitungan saya pertumbuhan ekonomi maksimal 5,7%," jelas Doddy.

Selain itu, Doddy memperkirakan akan terjadi perlambatan investasi tahun depan, baik yang langsung maupun tak langsung. Soalnya, investor masih menunggu atau wait and see rencana kebijakan bank sentral AS menaikkan suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa