JAKARTA. Harga aluminium berpotensi melemah dalam jangka pandek. Meski demikian, tren harga aluminium tahun ini diprediksi lebih baik dari tahun 2015. Mengutip Bloomberg, Kamis (10/3) pukul 14.51 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melemah 0,6% ke level US$ 1.573 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, aluminium tergerus 0,25%. United Co. Rusal memperkirakan permintaan aluminium akan menguat tahun ini setelah anjlok ke level terendah dalam enam tahun dan memangkas laba kuartal IV-2015 perseroan sebesar 27%.
Harga aluminium anjlok ke level terendah sejak 2009 pada November tahun lalu. Hal tersebut membuat EBITDA Rusal terpangkas menjadi US$ 306 juta dari kuartal sebelumnya US$ 420 juta. Perlambatan ekonomi di China sebagai produsen sekaligus konsumen aluminium terbesar menahan permintaan untuk logam industri ini dan akhirnya memperluas kelebihan pasokan global. Rusal memperkirakan penggunaan aluminium global tahun ini akan meningkat 5,7% menjadi 59,6 juta metrik ton dibanding tahun lalu dengan naiknya permintaan dari Amerika Utara, Eropa dan Asia. Sementara produksi aluminium China diprediksi tumbuh 4,8% atau kenaikan paling lambat dalam lima tahun terakhir. Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, outlook harga aluminium tahun ini memang akan lebih baik dibanding tahun lalu. Hal ini didukung oleh membaiknya ekonomi Asia, salah satunya di India. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup positif, India sedang menggenjot proyek pembangunan. "Manufaktur India berkembang pesat sehingga akan membutuhkan banyak aluminium," ujarnya.