KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak di industri tekstil dan produk tekstil (TPT), PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) optimistis kinerja keuangan tahun ini akan meningkat. POLY memproyeksikan pendapatan sebesar US$ 400 juta hingga akhir tahun 2022. Pada tahun lalu, POLY meraih pendapatan sebesar US$ 370,34 juta, sehingga ada potensi peningkatan pendapatan 8% yang diperoleh perusahaan tersebut di tahun ini. Manajemen POLY juga mengincar EBITDA sebesar US$ 12 juta pada tahun ini. Sementara di tahun lalu, EBITDA emiten ini tercatat sebesar US$ 11,30 juta.
Berdasarkan laporan keuangan per semester I-2022, POLY mampu membukukan pendapatan sebanyak US$ 208,43 juta atau naik 23,60% (yoy). POLY juga mengalami lonjakan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 715,69% (yoy) menjadi US$ 12,48 juta. H. Tunaryo, Corporate Secretary Asia Pacific Fibers mengatakan, target pendapatan POLY tersebut bersifat konservatif. Industri TPT dinilai POLY sudah mulai pulih sejak tahun lalu dan diharapkan terus membaik di sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Lepas Ekspor Produk Tekstil US$ 400 Ribu, Mendag: Momentum Perluas Akses Pasar Adapun tantangan yang masih dirasakan POLY saat ini adalah fluktuasi harga bahan baku produk hulu tekstil. Salah satunya adalah pergerakan harga minyak mentah dunia yang cukup volatif, terutama sejak mencuatnya konflik geopolitik Rusia-Ukraina. “Komposisi penjualan kami masih akan sama pada tahun ini, yakni didominasi oleh polymer, kemudian staple fiber, filament yarn, dan fleece,” ujar Tunaryo ketika berkunjung ke kantor redaksi KONTAN, Selasa (13/9). Sebagai informasi, tahun lalu POLY memproduksi Polymer sebanyak 282.387 ton, Staple Fiber sebanyak 126.069 ton, Fillament Yarn sebanyak 123.163 ton, dan Fleece sebanyak 313 ton. Untuk memproduksi produk tersebut, POLY memiliki dua pabrik yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat dan Kaliwungu, Jawa Tengah. Dalam kesempatan yang sama, Prama Yudha Amdan, Head of Corporate Communication and Public Relation POLY menyebut, POLY memiliki posisi yang kuat dalam industri TPT nasional, sehingga dapat menjadi modal berharga bagi perusahaan tersebut untuk terus mencetak kinerja optimal di tiap tahun. Saat ini, pangsa pasar POLY untuk sejumlah produk seperti Staple Fiber dan Fillament Yarn sama-sama mencapai kisaran 21%. Sekitar 80% produk-produk POLY terserap di pasar domestik, namun emiten ini juga cukup eksis di pasar global berkat kemampuan ekspornya yang telah menjangkau 38 negara. “Mayoritas ekspor kami menuju Eropa, Amerika Selatan, dan Amerika Serikat,” imbuh Yudha. Ia menyebut, potensi pasar yang besar tetap ada di dalam negeri. Ini mengingat konsumsi serat tekstil di Indonesia rata-rata sekitar 8,5 kilogram (kg) tiap orang per tahun. Padahal, Malaysia dengan jumlah penduduk yang jauh lebih sedikit ketimbang Indonesia ternyata memiliki konsumsi serat tekstil mencapai 12,5 kg untuk tiap orang per tahunnya. “Gapnya masih sekitar 4 kg yang artinya potensi pasar di Indonesia masih sangat besar. Makanya, dibutuhkan investasi tambahan dari para pelaku industri TPT,” ungkapnya. Ke depannya, Manajemen POLY akan terus fokus menggenjot produksi yang bernilai tambah untuk membantu program subtitusi impor produk TPT, sekaligus meningkatkan produk bernilai tambah untuk diekspor ke luar negeri.
Selain itu, POLY berupaya mengembangkan produk tekstil ramah lingkungan yang minim penggunaan air dan minim menghasilkan limbah. POLY juga menyediakan solusi teknologi, proses, dan kualitas atas produk tekstil lintas segmen. Manajemen POLY juga yakin bahwa bisnis perusahaan ini akan semakin terintegrasi dari hulu sampai hilir ketika proses restrukturisasi rampung.
Baca Juga: Menilik Upaya Emiten Mengantisipasi Rugi Kurs yang Bisa Memangkas Laba Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat