Tahun ini, ASII masih bisa menginjak pedal gas



JAKARTA. Seretnya penjualan otomotif tahun lalu diprediksi bisa berlanjut tahun ini. Tapi PT Astra International Tbk (ASII) diperkirakan berpeluang tumbuh. Sejumlah analis memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih baik, seiring percepatan realisasi pembangunan infrastruktur pemerintah, sehingga daya beli masyarakat akan membaik.

Nilai tukar rupiah diproyeksikan lebih stabil pascakenaikan pertama suku bunga Federal Reserve. Tahun lalu memang tahun yang buruk bagi para emiten, termasuk ASII. Kinerja ASII kuartal III-2015 anjlok hingga 17%.

Seluruh segmen bisnis emiten Grup Astra ini tertekan kecuali bisnis alat berat dan pertambangan. Sektor otomotif yang menjadi jantung bisnis tertekan tajam, karena lemahnya permintaan di tengah perlambatan ekonomi dan persaingan yang ketat di pasar mobil.


ASII memperkirakan, kinerja hingga akhir tahun 2015 tidak akan jauh berbeda dengan kuartal III-2015 karena tekanan masih berlanjut.

Robertus Yanuar, Analis Reliance Sekuritas, memperkirakan, industri otomotif tahun ini belum bisa tumbuh signifikan. Dia melihat, prospek bisnis ASII tidak akan banyak berubah dari tahun.

"Namun, untuk menghitung lebih jelas prospek tahun ini harus menunggu laporan keuangan 2015," katanya kepada KONTAN, Rabu (6/1). Menurut Yanuar, kinerja ASII tahun ini akan lebih banyak ditopang segmen bisnis non-otomotif.

ASII menyiasati perlambatan industri otomotif lewat bisnis konstruksi, jalan tol dan pembangkit listrik. ASII melalui anak usahanya bisa mengincar proyek pemerintah dengan menjadi subkontraktor pada BUMN konstruksi.

Tapi, bisnis baru ASII belum akan berdampak signifikan terhadap kinerja tahun ini. Yanuar mengatakan, bisnis-bisnis baru tersebut baru akan menyumbang kontribusi yang signifikan dalam satu atau dua tahun ke depan.

Yanuar melihat, prospek ASII tahun ini juga akan sangat tergantung pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 5%-5,5% ia memperkirakan, pendapatan usaha perseroan bisa tumbuh di atas 5% dan laba bersih tumbuh di atas 3%-4%.

Jika ekonomi tidak mencapai target, pendapatan ASII hanya akan tumbuh di bawah 5% dan laba bersih tumbuh 3%. Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, melihat, prospek ASII tahun ini akan jauh lebih positif karena belanja pemerintah akan mendorong pertumbuhan.

Menurut Hans, lelang proyek pemerintah dimulai Januari ini sehingga pemulihan ekonomi akan jauh lebih cepat. "Rupiah juga akan lebih stabil karena tekanan dari eksternal berkurang pascakenaikan suku bunga The Fed," tambah Hans.

Dengan kedua faktor tersebut, Hans memperkirakan, penjualan bisnis otomotif ASII akan tumbuh tahun ini. Tantangan ASII selanjutnya adalah perlambatan ekonomi Tiongkok.

Perlambatan 1% ekonomi Negeri Panda tersebut akan berdampak antara 0,2%-0,4% terhadap ekonomi Indonesia. Hans menargetkan, pendapatan ASII tumbuh 5% tahun ini dan laba bersih naik 7%.

Hans dan Yanuar merekomedasikan buy saham ASII dengan target harga masing-masing Rp 7.200 dan Rp 6.500.

Willinoy Sitorus, Analis Trimegah Securitas, dalam riset 18 Desember 2015 juga merekomendasikan buy saham ASII dengan target harga sekitar Rp 7.200. Ia memperkirakan, pendapatan ASII tahun ini bisa tumbuh menjadi Rp 210,35 triliun dan laba bersih Rp 19,25 triliun.

Dia mengharapkan rencana penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bisa mengurangi risiko ASII.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie