Tahun ini asuransi marine cargo berharap tak loyo



JAKARTA. Bangkitnya harga komoditas perkebunan dan pertambangan mulai memberikan secercah harapan bagi bisnis asuransi pengangkutan alias marine cargo di tanah air. Kalangan pelaku usaha asuransi kerugian pun mulai menyalakan asa optimisme pertumbuhan bisnis marine cargo tahun ini.

Julian Noor, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyatakan, harga komoditas yang menggeliat awal tahun ini akan memberikan efek positif bagi bisnis pelayaran. Paling tidak, permintaan kapal baru dan jasa angkutan ikut bergerak. Jadi, kebutuhan asuransi marine cargo diharapkan turut terkerek naik. 

Julian menambahkan, potensi bisnis asuransi marine cargo tahun ini juga akan ditopang program tol laut yang digagas pemerintah. Asal tahu saja, tahun ini, pemerintah menambah tujuh trayek tol laut menjadi 13. Tujuh trayek tol laut itu akan diserahkan ke swasta. Pada 2016, pemerintah sudah menetapkan enam trayek tol laut yang dikelola PT Pelni. 


Dengan membaiknya harga komoditas dan proyek tol  laut berjalan, Julian memproyeksi bisnis asuransi marine cargo tahun ini akan tumbuh di kisaran 5%. “Adanya konektivitas antarpulau dapat mendorong mobilitas barang kargo. Hal ini akan mendongkrak bisnis marine cargo tumbuh 5% tahun ini,” kata Julian kepada Tabloid KONTAN.

Target yang dipatok Julian memang terbilang optimistis. Sebab, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), sepanjang tahun lalu, ada tiga lini bisnis asuransi umum yang mencetak kinerja negatif, yakni asuransi pengangkutan, asuransi kecelakaan, dan asuransi aneka. 

Tahun lalu, misalnya, pendapatan premi bruto asuransi pengangkutan hanya Rp 3,15 triliun atau turun 1,2% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,19 triliun.

Skema CIF

Nah, untuk mengejar target pertumbuhan asuransi marine cargo tahun ini, Julian menuturkan, pihak AAUI sedang melakukan pembahasan dengan Kementerian Perdagangan (Kemdag) menyangkut skema penjualan sejumlah komoditas andalan Indonesia, seperti minyak kelapa sawit (CPO) dan batubara ke pasar luar negeri. 

Selama ini, penjualan komoditas ke luar negeri menggunakan skema free on board (FOB). Dengan skema ini, komoditas dijual dengan harga sampai di pelabuhan domestik.

Singkatnya, pada skema FOB, eksportir (penjual) hanya memiliki kewajiban membayar biaya pengiriman barang sampai ke pelabuhan di Indonesia. Selanjutnya, saat barang sudah di atas kapal, biaya dan risikonya akan ditanggung sendiri oleh pihak importir atau buyer (penjual).

Artinya, dengan skema FOB, pihak buyers dilepas hanya sampai pelabuhan dalam negeri. Untuk kapal dan asuransinya, mereka bisa mengambil dari perusahaan di negara asal tujuan. “Kami coba melihat peluang apakah komoditas andalan Indonesia bisa dijual dengan dengan skema cost, insurance, and freight (CIF),” kata Julian.

Dengan skema CIF, ada dua nilai tambah bagi industri nasional, yakni kapal pengangkut dan asuransi kerugian bisa berasal dari Indonesia. “Diskusi dengan Kemdag soal CIF sudah sejak tahun lalu. Tapi, ini bergantung pada kesiapan, apakah perusahaan pelayaran kita siap. Dari sisi asuransi, kami sudah menyatakan siap menjalankan skema CIF,” imbuh Julian.

Dadang Sukresna, Direktur Utama PT Asuransi Binagriya Upakara menimpali, pertumbuhan bisnis asuransi marine cargo memang tidak bisa lepas dari geliat harga dan industri komoditas di dalam negeri. Jika harga dan permintaan komoditas meningkat, potensi pertumbuhan asuransi marine cargo terbuka lebar. 

“Tapi, sampai triwulan pertama tahun ini, sepertinya bisnis asuransi marine cargo belum menunjukkan peningkatan signifikan, masih biasa saja,” kata Dadang kepada Tabloid KONTAN.

Meski demikian, Dadang optimistis, hingga akhir tahun ini, bisnis asuransi pengangkutan bakal membaik dibandingkan tahun lalu. Itu sebabnya, pada tahun ini, perusahaannya juga menargetkan pertumbuhan bisnis asuransi marine cargo sekitar 5,5%. 

“Target pendapatan premi marine cargo tahun ini Rp 4,5 miliar. Kontribusi bisnis ini terhadap total premi perusahaan kami baru 3%,” katanya.

Pada 2016, pendapatan premi yang berhasil dibukukan Asuransi Binagriya Upakara mencapai Rp 135,7 miliar atau tumbuh 4% jika dibandingkan capaian tahun 2015. Tahun ini, perusahaan itu menargetkan premi tumbuh 20% jika dibandingkan capaian tahun lalu.

Sampai kuartal pertama tahun ini, pendapatan premi Asuransi Binagriya Upakara telah mencapai Rp 34,5 miliar atau tumbuh 6,15% jika dibandingkan perolehan premi pada periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 32,5 miliar. Pertumbuhan premi pada kuartal I 2017 masih ditopang oleh lini bisnis asuransi properti. 

Menurut Dadang, lini bisnis tersebut menjadi penyumbang terbesar dari total pendapatan premi yang berhasil dikumpulkan dengan porsi sekitar 70%. Adapun, sekitar 30% sisanya disumbang dari berbagai lini bisnis, seperti asuransi kendaraan bermotor, engineering, marine cargo, dan aneka. 

Di bisnis asuransi marine cargo, Binagriya Upakara melayani semua jenis asuransi pengangkutan, baik di darat, laut, maupun udara untuk antarpulau serta luar negeri.

Target pertumbuhan bisnis asuransi marine cargo juga digantangkan PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance). Indra Baruna, Direktur Utama Adira Insurance berharap, pada tahun ini, lini bisnis asuransi pengangkutan bisa mendaki 10%. 

Optimisme Indra juga dilandaskan pada harga komoditas di dalam negeri yang membaik. “Industri kita masih berbasis komoditas, seperti CPO dan batubara. Pergerakan harga akan ikut mendorong mobilitas pengangkutan barang,” ujar Indra kepada Tabloid KONTAN.

Indra enggan membeberkan nilai pendapatan premi marine cargo Adira Insurance tahun lalu. Yang jelas, dari total pendapatan premi tahun lalu yang sebesar Rp 2,4 triliun, kontribusi bisnis kendaraan bermotor mencapai sekitar 60%. Kontribusi terbesar kedua berasal dari lini bisnis properti (20%), sisanya dari lini pertanggungan lain, termasuk marine cargo. 

Adapun, perlindungan yang diberikan Adira di bisnis asuransi marine cargo, antara lain, kerusakan barang karena kapal terbalik, tenggelam, tabrakan, cuaca buruk, risiko selama loading atau unloading barang, kebakaran, dan pencurian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan