KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembagian dividen diperkirakan bakal semarak tahun ini, seiring dengan meningkatnya kinerja emiten sepanjang tahun lalu. Namun, investor mesti cermat dalam mencuil cuan pembagian dividen, dimana salah satu risiko dari dividen adalah perangkap dividen alias
dividend trap. Dividend trap terjadi ketika harga saham suatu emiten turun karena pembagian dividennya. Seringkali, harga saham akan jatuh pada tanggal
ex date dividend. Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo menilai, membeli saham hanya karena melihat besaran aspek
dividend yield yang tinggi dapat membuat investor terjebak dalam perangkap dividen. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk menggunakan strategi yang tepat ketika memilih saham yang membagikan dividen.
Pertama, jangan hanya terpaku pada
dividend yield tinggi. Saat mencari saham pembagi dividen, seringkali investor tergoda untuk memilih saham dengan
yield tinggi. Menurut Handiman, pola ini tidak selalu menjadi strategi yang terbaik.
Baca Juga: Anggaran Puluhan Triliun, Inilah Saham-Saham Yang Berpotensi Cuan Jelang Pemilu 2024 Sebab, emiten dapat menawarkan
dividend yield yang tinggi hanya karena perusahaan tersebut berada dalam siklus bisnis yang menguntungkan, seperti yang terjadi pada emiten di sektor energi saat ini. Di sisi lain, ada juga perusahaan yang mungkin menawarkan
dividend yield yang sangat tinggi karena baru saja mendapatkan laba yang luar biasa, yang bisa saja tidak berulang kembali ke depan.
Dividend yield yang tinggi juga dapat tercipta dari penurunan harga saham, seiring dengan prospek perusahaan yang meredup. Dengan demikian, penting bagi investor untuk memahami alasan di balik tingginya
dividend yield. Kedua, cermati rasio pembayaran dividen atau
dividend payout ratio (DPR). Rasio pembayaran dividen lebih dari 100% tidak selalu menjadi indikator yang baik, karena rasio ini tidak akan berkelanjutan dalam jangka panjang. Handiman menilai, tidak ada patokan rasio pembayaran dividen karena besaran dividen akan sangat bervariasi antar sektor. Hanya, saja
dividend payout ratio antara 30% sampai 70% dianggap cukup menarik bagi pemegang saham dan cukup kondusif dalam mendukung pertumbuhan organik/anorganik suatu emiten. Ketiga, membedah kinerja keuangan emiten, seperti laba, arus kas, utang, ekuitas, dan potensi pertumbuhan. Misalkan, dividen yang sehat akan dibayarkan dari laba perusahaan saat ini, bukan dari laba ditahan. Contoh lainnya adalah sebuah perusahaan akan dapat membayar dividen jika memiliki kas yang cukup dan arus kas yang positif. Keempat, mencermati konsistensi emiten dalam membagikan dividen. Emiten dengan pertumbuhan laba bersih yang stabil dan/atau rutin dalam kebijakan dividen memiliki potensi pembagian yang lebih jelas. Kelima, senantiasa berhati-hati saat mengejar saham hanya karena pembagian dividennya. Menurut Handiman, waktu paling berisiko untuk membeli saham adalah ketika perusahaan sudah mengumumkan dividennya. Seringkali,
dividend hunter jangka pendek jatuh ke
dividend trap karena mereka membeli saham setelah perusahaan mengumumkan dividennya. Meskipun mungkin tidak menghilangkan risiko
dividend trap sepenuhnya, secara umum akan lebih baik bagi investor membeli saham jauh sebelum pengumuman pembagian dividen.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Indika Energy (INDY) yang Getol Diversifikasi ke Bisnis EV “Investor harus hati-hati mempelajari potensi dividen saham berdasarkan posisi laba bersih saat ini, kondisi keuangan, dan riwayat pembagian dividen. Namun, jauh lebih bijaksana untuk membeli saham karena potensi dividen jangka panjangnya,” kata Handiman. Handiman juga menyarankan investor untuk memiliki portofolio yang terdiversifikasi, yang terdiri dari saham berbagai sektor dan karakteristik bisnis. Saham growth stock bisa menjadi inti dari portofolio. Sementara itu, saham dengan
yield dividend tinggi dapat melengkapi susunan portofolio. Adapun saham pembagi dividen ala Mirae Asset Sekuritas yang bisa untuk investasi jangka panjang diantaranya saham
growth stock meliputi ACES, ADMF, AKRA, ARNA, ASGR, BBCA, BBRI, BJBR, BJTM, BMRI, BNGA, CLPI, DLTA, DVLA , EKAD, FISH, ICBP, IFII, INDF, KLBF, LPGI, MEGA, MERK, MFIN, MTDL, MYOR, PBID, POWR, PRDA, SCCO, SIDO, SMSM, TGKA, TLKM, TSPC, dan TOWR.
Lalu saham dengan
yield dividend tinggi yakni ADRO, BSSR, GEMS, HEXA, ITMG, MBAP, MPMX, NRCA, PTBA, TOTL, dan UNTR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi