JAKARTA. PT XL Axiata memiliki sejumlah utang yang harus dibayar tahun ini, khususnya pada semester II. Atas landasan ini, perusahaan yang sahamnya dikuasai Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd menarik pinjaman dari DBS Bank Ltd. senilai US$ 300 juta. Adapun, total kewajiban yang harus dibayar perseroan tahun ini sekitar Rp 3,86 triliun dan US$ 182,48 juta. "Di semester II tahun ini ada utang jatuh tempo yang kami miliki," ujar Mohamed Adlan, Direktur Keuangan EXCL, Rabu malam (8/1). Oleh karena itu, lanjut dia, pinjaman berdenominasi dollar AS itu mayoritas akan ditarik di paruh ke dua 2014. Mengutip laporan keuangan perseroan, EXCL memiliki pinjaman dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang totalnya mencapai Rp 8,75 triliun.
Salah satu fasilitas yang diberikan, yakni pinjaman tertanggal 20 Oktober 2011, perseroan memiliki kewajiban membayar cicilan utang yang total nilai pokoknya sebesar Rp 3 triliun. Cicilan terakhir harus dibayar Oktober 2014. Adapun, periode cicilan dilakukan secara proporsional selama periode Oktober 2012 hingga Oktober 2014. Berarti, tahun ini, EXCL harus membayar cicilan terakhir dengan nilai pokok Rp 1 triliun. Pinjaman ini dibebani bunga JIBOR 3 bulan + margin 1%. Fasilitas lainnya, pinjaman tertanggal 17 September 2010 dengan nilai pokok Rp 2,5 triliun. Pinjaman ini dibayar bertahap secara proporsional mulai September 2011-September 2015. Maka, setiap September, EXCL harus menyetor sebesar Rp 500 miliar. Selanjutnya, fasilitas tertanggal 3 Agustus 2012 senilai Rp 2,5 triliun. Cicilan harus dibayar mulai Agustus 2013 hingga Agustus 2017 setiap tahunnya. Berarti, cicilan setiap tahun juga senilai Rp 500 miliar. Adapun, di bulan Januari ini, EXCL punya kewajiban membayar cicilan pinjaman senilai Rp 600 miliar. Cicilan tersebut berasal dari dua pinjaman yang ditarik pada tanggal 21 Januari 2013. Masing-masing senilai Rp 500 miliar dan Rp 100 miliar. Adapun, periode cicilan keduanya harus dibayar mulai Januari 2014 hingga Januari 2018. Selanjutnya, pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tertanggal 26 Maret 2012. Nilai pokok pinjaman senilai Rp 3 triliun. Pembayaran pinjaman dicicil setiap tahun dengan proporsi yang ditentukan, yakni 2013 hingga 2017. Berarti, cicilan setiap tahunnya sekitar Rp 600 miliar. Ada juga pinjaman dari The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd (BTMU). Ada tiga fasilitas pinjaman yang diperoleh. Pertama pinjaman pada 30 April 2012 senilai Rp 1 triliun. Cicilan harus dibayar setiap tahun mulai 2013 hingga 2015. Berarti nilai cicilan sekitar Rp 333 miliar. Ke dua, pinjaman dollar AS 15 Maret 2013 senilai US$ 110 juta. Cicilan pembayaran dilakukan mulai 2014-2016 setiap tahun. Dengan demikian, besarnya cicilan yang harus dibayar US$ 36,66 juta. Terakhir, pinjaman senilai US$ 100 juta yang ditarik pada 26 Agustus 2013. Cicilan harus dibayar setiap tahun mulai 2014 hingga 2016. Berarti, nilai cicilan sekitar US$ 33,33 juta. Perusahaan halo-halo ini juga memiliki kewajiban kepada PT Export Kredit Namnden (EKN) dengan total sekitar US$ 337,52 juta. Sebesar US$ 213,94 juta ditarik pada 12 Desember 2008.
Pinjaman ini harus dicicil enam bulan setiap tahunnya mulai 15 Januari 2009 hingga 15 Juli 2015. Dengan demikian, setiap tahun, perseroan harus membayar US$ 71,3 juta, termasuk tahun ini. Fasilitas EKN lainnya, ditarik pada 23 Maret 2009 dengan total nilai US$ 123,57 juta. Cicilan juga harus dibayar setiap enam bulan saban tahun. Adapun, periode pembayaran mulai 1 April 209 hingga 1 Oktober 2015. Dengan demikian, setiap tahunnya XL harus bayar US$ 41,19 juta. Terakhir, pinjaman dari PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia yang ditarik pada 28 Agustus 2013. Nilainya Rp 1 triliun. Cicilan mulai dibayar tahun ini hingga 2016. Jadi, saban tahun, perseroan harus membayar sekitar Rp 333 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri