Tahun Ini, Harga Baja Diprediksi Naik 20%



JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah yang terus berlanjut membuat harga baja tahun ini diprediksi kembali terkerek. Co Chairman Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Ismail Mandry mengatakan, fluktuasi rupiah dengan tren melemah yang terjadi sejak tahun 2013 membuat biaya produksi baja membengkak.

Pasalnya, "Beberapa bahan baku masih harus diimpor dengan harga pembelian dalam dollar AS," jelas Ismail, Kamis (2/1).

Ismail mencontohkan, beberapa bahan baku baja yang masih harus diimpor antara lain bijih besi (iron ore) dan potongan besi bekas (scrap). Bila rupiah terus melemah, Ismail bilang, pembengkakan biaya produksi baja tak bisa ditanggung sendiri oleh produsen baja.


Imbasnya, mau tak mau, produsen harus membagi beban ini ke konsumen dengan mengerek harga baja di pasaran. Akibat pembengkakan biaya produksi ini, Ismail memperkirakan, harga baja tahun ini bakal terkerek sekitar 15%-20%. Sebagai gambaran, sepanjang 2013, harga rata-rata baja jenis hot rolled coil di pasar internasional sepanjang tahun lalu mencapai US$ 630 per ton.

Kisaran kenaikan harga baja ini tentu saja sangat tergantung oleh porsi bahan baku impor dan volume produksi masing-masing perusahaan.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Irvan Kamal Hakim mengatakan, pelemahan rupiah membuat perusahaan menaikkan harga jual baja pada tahun 2013. "Kenaikan harga jual pada tahun 2013 sekitar 10%- 15%," katanya.

Kenaikan harga jual baja di pasar tentu saja bakal berdampak pada penurunan daya serap baja di pasar. Sehingga, kata Ismail, tidak menutup kemungkinan konsumsi baja bisa berkurang. Meski begitu, ia berharap, penjualan baja tahun 2014 tetap tumbuh positif. Salah satu faktor pendukungnya adalah permintaan baja untuk proyek infrastruktur pemerintah.

Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi baja tumbuh sekitar 6%-8% per tahun. Pada tahun 2013, konsumsi baja domestik diprediksi mencapai 13,5 juta ton. Nah, dengan asumsi pertumbuhan tersebut, artinya tahun ini konsumsi baja diperkirakan bakal mencapai 14,31 juta ton-14,58 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi