Tahun ini kapitalisasi pasar properti naik 8%



JAKARTA. Kapitalisasi pasar properti tahun ini diprediksi meningkat 8%. Kenaikan tersebut tidak terlalu tinggi seperti tahun 2012-2013 yang mencapai 15%.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simanungkalit. "Pasar properti tahun ini bangkit lagi, setelah melemah tahun lalu. Meski tidak beranjak jauh tapi ada pertumbuhan. Dan ini merupakan sinyal positif bagi para pelaku bisnis properti," ujarnya, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (19/1). Dia menuturkan, pertumbuhan delapan persen merupakan fenomena menarik. Pasalnya, Indonesia masih dihantui fluktuasi inflasi, dan tingginya suku bunga yang dipengaruhi faktor eksternal. Tahun 2013 inflasi sekitar 8,3% dan tahun 2014 sekitar 8,3% sementara tahun ini, Panangian memperkirakan inflasi bisa ditekan 4,5%-5%. "BI Rate pun akan berubah jadi 8 persen terkait rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuannya. jadi angka pertumbuhan delapan persen sudah terhitung bagus buat pasar properti Indonesia," tutur Panangian. Hunian mendominasi Ada pun subsektor yang akan mendominasi pasar pada tahun 2015, kata Panangian, adalah apartemen untuk kelas menengah bawah di dalam kota Jakarta dengan harga Rp 600 juta-Rp 1 miliar. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang dikuasi investor, apartemen-apartemen yang masuk pasar tahun 2015 secara mayoritas akan dibeli oleh pengguna akhir (end user). "Kalangan menengah bawah ini yang menjadi captive market buat produk apartemen dengan luas 36 meter persegi, 45 meter persegi, dan 60 meter persegi," ucap Panangian. Sementara perumahan berada di posisi kedua yang diburu pasar. Rumah-rumah seharga Rp 400 juta hingga Rp 600 juta menjadi primadona. Panangian menegaskan, meski perumahan tersebut dikembangkan "di ujung dunia", akan tetap dibeli oleh konsumen kelas menengah bawah. "Subsektor ruko akan mengikuti arah pengembangan perumahan. Di mana perumahan dibangun, di situ pasti ada ruko. Nah, ruko-ruko yang menempel dengan perumahan yang punya prospek cerah tahun ini," ujar Panangian. Dia menambahkan, berbeda halnya dengan ruko yang dikembangkan di kawasan-kawasan favorit seperti Kelapa Gading, Serpong, Puri Indah, dan Pondok Indah, yang justru bakal mengalami stagnasi. "Kalau harga ruko sudah menembus angka Rp 2 miliar ke atas, itu sudah tidak feasible dan saya tegaskan tidak akan laku. Contohnya ruko di St Moritz Puri Indah, Lippo mengalami kesulitan menjualnya karena pasar tidak sanggup menyerapnya," terang Panangian. Demikian halnya dengan rumah-rumah bandar (townhouse) di Kemang dan Pondok Indah, Jakarta Selatan, akan mengalami nasib serupa yakni mandek dalam penjualan. Perkantoran masih positif Subsektor lain yang diprediksi bakal mengalami pertumbuhan positif adalah perkantoran. Menurut data PSPI, pasokan perkantoran baru seluas 300.000 hingga 350.000 meter persegi, akan terserap maksimal. "Pemilu yang berlangsung aman, kondisi keamanan dan politik yang stabil, meyakinkan perusahaan nasional dan multinasional untuk mengeksekusi rencana bisnis mereka. Dengan begitu, harga eruang perkantoran baik sewa maupun strata tidak akan terkoreksi. Pertumbuhan masih akan terjadi sebesar 8 persen hingga 10 persen," tandas Panangian. Positifnya bisnis perkantoran, tambah dia, karena investasi asing akan tumbuh tahun 2015. Presentasi Joko Widodo di ajang KTT APEC Beijing, Tiongkok, tahun lalu, serta kebijakan penghematan energi, dan ambisi menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen, mendapat respon positif dari pelaku usaha. "Terlebih pembangunan infrastruktur dasar dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) menyangkut jalan tol, pelabuhan, bandara, dermaga diyakini menstimulasi perekonomian seluruh kawasan di Indonesia. Hal ini, pada gilirannya akan memacu investasi asing yang butuh banyak ruang perkantoran," pungkas Panangian. (Hilda B Alexander)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan