JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sampai saat ini porsi penyaluran kredit ke sektor perikanan masih sangat minim yakni baru sebesar 0,24% hingga akhir tahun 2016 dari total penyaluran kredit tahun lalu yang mencapai Rp 4.410,59 triliun. Tahun ini, OJK memproyeksi porsi tersebut akan naik sebesar 0,01% menjadi 0,24% atau sebesar Rp 12,19 triliun dari total proyeksi kredit rencana bisnis bank (RBB) akhir tahun 2017 sebesar Rp 4.995,14 triliun. Porsi kredit ke sektor ini sangat rendah jika dibandingkan dengan sektor lain seperti perdagangan besar dan eceran yang mencapai 19,35% dari total proyeksi kredit tahun 2017 atau industri pengolahan yang mencapai 17,63% dari target total kredit tahun ini. Meski begitu, Direktur Pengawasan Bank OJK, Irnal Fiscallutfi menyatakan, jika merujuk pada 47 bank yang digandeng oleh OJK untuk mendukung program JARING, tahun ini direncanakan penyaluran kredit ke sektor keluatan dan perikanan dapat mencapai Rp 16,60 triliun. "Tahun ini kredit ke sektor maritim diproyeksi sebesar Rp 61,9 Triliun sementara untuk kredit sektor kelautan dan perikanan hanya sekitar Rp 16,6 triliun," ujar Irnal, pekan lalu. Irnal menyebut, jumlah bank yang berkomitmen untuk menyaluran kredit ke sektor perikanan masih sedikit dikarenakan bank masih menganggap sektor maritim dan kelautan memiliki risiko kredit yang tinggi. Selain itu, banyak perbankan nasional yang masih fokus pada sektor-sektor tertentu sebagai sasaran penyaluran kreditnya. "Jadi keengganan itu bukan karena dia enggan, memang karena niatnya," katanya. Meski begitu, Irnal menyatakan OJK tetap akan berupaya untuk lebih banyak menggandeng bank agar ikut serta dalam program JARING dan mulai menyaluran kredit ke subsektor kelautan dan perikanan. Atas hal itu, Irnal juga berharap pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dapat mempercepat pembangunan berbagai infrastruktur pendukung sektor ini. Antara lain, pelabuhan perikanan dan penyaluran bantuan alat penangkap ikan.
Tahun ini kredit perikanan hanya Rp 16,6 triliun
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sampai saat ini porsi penyaluran kredit ke sektor perikanan masih sangat minim yakni baru sebesar 0,24% hingga akhir tahun 2016 dari total penyaluran kredit tahun lalu yang mencapai Rp 4.410,59 triliun. Tahun ini, OJK memproyeksi porsi tersebut akan naik sebesar 0,01% menjadi 0,24% atau sebesar Rp 12,19 triliun dari total proyeksi kredit rencana bisnis bank (RBB) akhir tahun 2017 sebesar Rp 4.995,14 triliun. Porsi kredit ke sektor ini sangat rendah jika dibandingkan dengan sektor lain seperti perdagangan besar dan eceran yang mencapai 19,35% dari total proyeksi kredit tahun 2017 atau industri pengolahan yang mencapai 17,63% dari target total kredit tahun ini. Meski begitu, Direktur Pengawasan Bank OJK, Irnal Fiscallutfi menyatakan, jika merujuk pada 47 bank yang digandeng oleh OJK untuk mendukung program JARING, tahun ini direncanakan penyaluran kredit ke sektor keluatan dan perikanan dapat mencapai Rp 16,60 triliun. "Tahun ini kredit ke sektor maritim diproyeksi sebesar Rp 61,9 Triliun sementara untuk kredit sektor kelautan dan perikanan hanya sekitar Rp 16,6 triliun," ujar Irnal, pekan lalu. Irnal menyebut, jumlah bank yang berkomitmen untuk menyaluran kredit ke sektor perikanan masih sedikit dikarenakan bank masih menganggap sektor maritim dan kelautan memiliki risiko kredit yang tinggi. Selain itu, banyak perbankan nasional yang masih fokus pada sektor-sektor tertentu sebagai sasaran penyaluran kreditnya. "Jadi keengganan itu bukan karena dia enggan, memang karena niatnya," katanya. Meski begitu, Irnal menyatakan OJK tetap akan berupaya untuk lebih banyak menggandeng bank agar ikut serta dalam program JARING dan mulai menyaluran kredit ke subsektor kelautan dan perikanan. Atas hal itu, Irnal juga berharap pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dapat mempercepat pembangunan berbagai infrastruktur pendukung sektor ini. Antara lain, pelabuhan perikanan dan penyaluran bantuan alat penangkap ikan.