KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Prodia Widyahusada Tbk (
PRDA) semakin serius menggeluti bisnis digitalisasi kesehatan. Investasi besar pun dikucurkan PRDA demi pengembangan bisnis baru tersebut. Finance Director Prodia Widyahusada Liana Kuswandi mengatakan, PRDA sebenarnya sudah bertahun-tahun mengembangkan digitalisasi kesehatan melalui platform Prodia Mobile. Platform yang sudah diunduh lebih dari 1,6 juta pengguna (user) internet ini memiliki beberapa fitur seperti chat dengan dokter,
home service booking, hingga registrasi, pembayaran, dan penerimaan hasil pemeriksaan kesehatan online. Namun, hal ini dianggap belum cukup bagi PRDA. Perusahaan ini berupaya mengembangkan ekosistem digital di sektor kesehatan yang tentu membutuhkan lebih banyak fitur layanan untuk kemudahan konsumen dalam satu platform.
Baca Juga: Optimistis dengan Prospek Kinerja, Prodia (PRDA) Fokus di Lini Usaha Digital Maka itu, PRDA telah membentuk anak usaha baru yakni PT Prodia Digital Indonesia (PRDI) pada pertengahan 2022, kemudian lanjut mengembangkan platform baru bernama U by Prodia pada Maret 2023. U by Prodia memiliki sejumlah fitur tambahan seperti konsultasi kesehatan, vaksinasi, personalisasi kesehatan, toko kesehatan, hingga lifestyle challange. Platform ini sudah diunduh lebih dari 117.000 user dan menjadi
one stop solution apps bagi PRDA. Nantinya, Prodia Mobile akan dihentikan operasionalnya dan para konsumen bermigrasi ke U by Prodia. "Diperlukan izin dari Kemenkes, Kemendag, dan Kemkominfo untuk membuat U by Prodia karena fitur dan fungsinya lebih luas dari platform sebelumnya," ujar Liana dalam diskusi dengan media, Rabu (27/9). PRDA pun terus meningkatkan porsi investasi untuk pengembangan digitalisasi kesehatan. Untuk 2023, PRDA menyediakan capital expenditure (capex) atau belanja modal sebanyak Rp 400 miliar yang mana 50% di antaranya untuk investasi lini bisnis digitalisasi kesehatan.
Tahun-tahun sebelumnya, capex PRDA biasanya hanya ada di kisaran Rp 200 miliar-Rp 300 miliar. Porsi capex untuk digitalisasi pun dahulu hanya sekitar 20%-30% saja.
"Pengembangan digitalisasi memang butuh investasi besar, apalagi kami harus mampu menjaga rahasia data kesehatan masyarakat," tukas Liana. Pada saat yang sama, PRDA tidak lagi agresif menambah cabang baru. Praktis sejak 2020 sampai 2022 jumlah cabang PRDA stagnan di angka 148 cabang. Per akhir semester I-2023, PRDA menambah satu cabang baru di Grand Wisata, Bekasi, sehingga saat ini emiten tersebut punya 149 cabang. Pihak PRDA lebih memilih fokus untuk merenovasi atau merelokasi gedung pada cabang lama. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .