Tahun ini Pegadaian salurkan pembiayaan ke fintech P2P lending



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pegadaian (Persero) dalam waktu dekat berencana menyalurkan pembiayaan ke beberapa fintech berbasis pinjam meminjam online atau peer to peer (P2P) lending di tahun ini.

Direktur Teknologi Informasi Digital Pegadaian Teguh Wahyono mengatakan, dalam penyaluran ini Pegadaian akan berperan sebagai pemberi pinjaman (lender) yang yang akan menyalurkan pinjaman melalui platform fintech. Ada sekitar lima perusahaan fintech besar yang akan bekerjasama dengan Pegadaian.

“Fintech ini sebagai channeling untuk menyalurkan pembiayaan kepada peminjam. Sekitar 5 fintech yang sedang diproses dan nantikan kami akan resmikan kepada publik,” kata Teguh kepada Kontan.co.id, Jumat (14/9).


Sayangnya, ia enggan menyebutkan siapa saja perusahaan fintech yang akan diajak kerjasama karena masih tahap penilaian dan penjajakan. Namun, rencananya kerjasama ini akan terealisasi di triwulan IV-2018, dan tidak ada pembatasan terkait jumlah fintech yang akan dilibatkan.

“Kemungkinan terelasisasi di bulan Oktober dan November karena baru mulai perjanjian. Paling tidak, akhir bulan bisa bekerja sama dengan satu fintech,” ungkapnya.

Nilai pinjaman yang disalurkan di kisaran ratusan miliar, dan pencairannya dilakukan secara bertahap kepada setiap platform fintech. Sementara nilai bunga yang dikenakan, masih tahap diskusi.

“Ada fintech yang minta Rp 100 miliar hingga Rp 150 miliar. Untuk pencairannya kami berikan secara bertahap,” ungkapnya.

Kemungkinan Pegadaian akan memberikan pinjaman mikro dan konsumer kepada peminjam. Melalui kerjasama ini, Pegadaian berperan sebagai pemberi pinjaman dan punya kewenangan untuk menentukan calon peminjam.

Meski demikian, Pegadaian akan menyeleksi platform fintech yang akan diajak bermitra, terutama perusahaan yang bisa menjaga kredit macet (NPL) dan mempunyai sistem keuangan yang handal.

Direktur Pemasaran Pegadaian Harianto Widodo mengungkapkan, alasan Pegadaian masuk ke bisnis fintech, lantaran pembiayaan Pegadaian di semester I cenderung melambat, akibat kehadiran produk pembiayaan pengganti seperti fintech. OJK mencatat, sampai Juli 2018, Pegadaian mencatatkan pembiayaan sebesar Rp 39,65 triliun, atau tumbuh 8,6% secara year on year (yoy).

“Maka untuk merespon perlambatan itu, kami menggerak bisnis digital untuk mempertahankan pasar pembiayaan. Salah satunya, dengan mengembangkan IT,” ujarnya.

Menurutnya kompetisi bisnis pembiayaan, telah terjadi antara multifinance, perbankan dan fintech saat ini. Ia mengatakan, multifinance bahkan mempunyai model bisnis yang serupa dengan Pegadaian, dalam menyasar pembiayaan modal usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi