NEW YORK. Peritel telah menghadapi masa sulit di tahun 2008. Namun, tahun ini tampaknya akan jauh lebih mengerikan. Hal ini tergambar dari prediksi penjualan yang dirilis pada hari Selasa (27/1) dari organisasi peritel terbesar di dunia. Menurut National Retail Federation (NRF), peritel memprediksikan akan membukukan penurunan pendapatan pada tahun ini sebesar 0,5%. Jika ini terjadi, maka merupakan penurunan tahunan pertama kalinya dalam tiga dekade ini dan kemungkinan akan lama. Masifnya pemecatan karyawan, terjungkalnya harga perumahan dan ketatnya kredit akan membuat konsumen untuk mengetatkan pengeluaran mereka. NRF menghitung, penjualan ritel pada semester pertama tahun ini akan anjlok 2,5%. Organisasi ini juga menunjukkan adanya penurunan 1,1% pada kuartal ketiga tahun ini, namun akan melonjak 3,6% pada kuartal terakhir yang disurung oleh stimulus perekonomian pemerintah. Untuk penjualan di bulan November dan Desember tahun lalu, penjualan merosot 2,8%, meleset dari hitungan asosiasi yang justru menghitung bakal membukukan kenaikan 2,2%. "Senagian besar perilaku konsumen yang kami lihat di tahun 2008, akan berlanjut membaik tahun ini," kata Rosalind Well, Ekonom NRD. Ia mengatakan, ia belum pernah melihat penurunan tahunan dalam tiga dekade ini sepanjang ia mencatatkan penjualan ritel. Salah satu tantangan industri ritel adalah besarnya angka karyawan yang dipecat oleh perusahaan di semua sektor yang sepertinya akan terus berkelanjutan. Menurutnya, "adanya pekerjaan" merupakan kriteria yang paling diburu oleh para peritel. Pasalnya, disitulah pergerakan perekonomian; dari pendapatan yang mereka peroleh akan dibelanjakan di supermarket maupun gerai lain. "Tanpa tren adanya pekerjaan yang baik, rasanya sulit untuk mendapatkan konsumen yang cukup percata diri untuk membelanjakan duitnya. Saat ini, bursa tenaga kerja sangatlah mengerikan, dan akan ada banyak layoff di depan sana," katanya.
Tahun ini, Penjualan Ritel Akan Kembali Terbabat
NEW YORK. Peritel telah menghadapi masa sulit di tahun 2008. Namun, tahun ini tampaknya akan jauh lebih mengerikan. Hal ini tergambar dari prediksi penjualan yang dirilis pada hari Selasa (27/1) dari organisasi peritel terbesar di dunia. Menurut National Retail Federation (NRF), peritel memprediksikan akan membukukan penurunan pendapatan pada tahun ini sebesar 0,5%. Jika ini terjadi, maka merupakan penurunan tahunan pertama kalinya dalam tiga dekade ini dan kemungkinan akan lama. Masifnya pemecatan karyawan, terjungkalnya harga perumahan dan ketatnya kredit akan membuat konsumen untuk mengetatkan pengeluaran mereka. NRF menghitung, penjualan ritel pada semester pertama tahun ini akan anjlok 2,5%. Organisasi ini juga menunjukkan adanya penurunan 1,1% pada kuartal ketiga tahun ini, namun akan melonjak 3,6% pada kuartal terakhir yang disurung oleh stimulus perekonomian pemerintah. Untuk penjualan di bulan November dan Desember tahun lalu, penjualan merosot 2,8%, meleset dari hitungan asosiasi yang justru menghitung bakal membukukan kenaikan 2,2%. "Senagian besar perilaku konsumen yang kami lihat di tahun 2008, akan berlanjut membaik tahun ini," kata Rosalind Well, Ekonom NRD. Ia mengatakan, ia belum pernah melihat penurunan tahunan dalam tiga dekade ini sepanjang ia mencatatkan penjualan ritel. Salah satu tantangan industri ritel adalah besarnya angka karyawan yang dipecat oleh perusahaan di semua sektor yang sepertinya akan terus berkelanjutan. Menurutnya, "adanya pekerjaan" merupakan kriteria yang paling diburu oleh para peritel. Pasalnya, disitulah pergerakan perekonomian; dari pendapatan yang mereka peroleh akan dibelanjakan di supermarket maupun gerai lain. "Tanpa tren adanya pekerjaan yang baik, rasanya sulit untuk mendapatkan konsumen yang cukup percata diri untuk membelanjakan duitnya. Saat ini, bursa tenaga kerja sangatlah mengerikan, dan akan ada banyak layoff di depan sana," katanya.