Tahun Ini, produksi Bauksit bisa naik 72%



JAKARTA. Permintaan bijih bauksit di pasar internasional  yang masih tinggi membuat produksi komoditas tersebut meningkat cukup pesat. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan, produksi bijih bauksit hingga Desember mencapai 51,6 juta ton atau meningkat 72% dibandingkan dengan realisasi produksi tahun 2012 lalu yang sebanyak 30 juta ton.

Dede Ida Suhendra, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan, kebutuhan bijih bauksit untuk bahan baku industri aluminium hingga sekarang masih cukup tinggi. "Harganya pun cenderung naik, dan kami proyeksikan di tahun 2013 ini produksi bijih bauksit akan naik hingga 51,6 juta ton," kata dia ke KONTAN, akhir pekan lalu.

Bijih bauksit umumnya diolah menjadi alumina yang kemudian dijadikan logam aluminium. Nah, logam aluminium merupakan bahan baku utama untuk berbagai industri manufaktur, mulai otomotif, konstruksi, hingga untuk pelbagai peralatan rumah tangga.


Berdasarkan ketetapan Kementerian Perdagangan, harga patokan ekspor (HPE) bijih bauksit per September mencapai US$ 20,11 per ton. Nilai tersebut meningkat hingga 17,7% dibandingkan dengan HPE bijih bauksit per Januari 2013 silam. Menurut Dede, lantaran aluminium dibutuhkan oleh berbagai sektor industri, permintaan maupun harganya pun relatif stabil bahkan cenderung meningkat. "Harga bauksit sekarang sedang meningkat di saat harga mineral logam lain mengalami penurunan," ujar dia.

Dede menyampaikan, sekarang ini, terdapat sekitar 10 perusahaan pertambangan bauksit yang telah mengajukan penambahan produksi dalam program relaksasi ekspor mineral untuk peningkatan volume ekspor. "Penambangan bauksit juga lebih mudah dengan hanya menambah alat berat, sehingga banyak IUP komoditas bauksit yang sudah mengajukan relaksasi ekspor," kata dia tanpa merinci nama-nama perusahaan tersebut.

Zulnahar Usman, Direktur Utama PT Bintan Alumina Indonesia mengatakan, peningkatan produksi bauksit yang pesat cukup mengkhawatirkan untuk ketersediaan komoditas tersebut di masa mendatang. Pada tahun 2013 ini, pihaknya memproyeksikan perusahaannya dapat memproduksi bijih bauksit sebanyak 1 juta ton.

Bintan Alumina berencana memulai pembangunan unit pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) pada akhir tahun ini. Adapun total investasi yang disiapkan untuk smelter dengan produk akhir alumina tersebut sebanyak US$ 1 miliar. "Sekarang, kami sedang penjajakan dengan investor dari Singapura untuk membentuk anak perusahaan di bidang smelter," kata Zulnahar.

Sebelumnya, Zulnahar bilang, untuk pasokan ke smelter, selain dari tambang sendiri, pihaknya membutuhkan bauksit dari produsen bauksit lain. Untuk itu, sebaiknya pemerintah konsisten melarang ekspor bijih mineral dengan tidak menghapus kuota ekspor.

Menurut Zulnahar, untuk kebijakan hilirisasi, pemerintah harus bersikap tegas sehingga pengusaha dan investor yakin untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Jangan sampai ketika kebutuhan di dalam negeri produksi bauksit malah tidak ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan