Tahun ini, produksi minyak atsiri diprediksi belum kembali normal



JAKARTA. Produksi minyak atsiri tahun ini sepertinya belum bisa mencapai titik normal. Meika Syahbana Rusli, Sekretaris Jenderal Dewan Atsiri Indonesia (DAI) mengatakan, produksi tahun ini memang ditargetkan 3.500 ton, naik 25% dari produksi tahun lalu yang ditaksir 2.500-3.000 ton. Meski demikian, target ini jelas masih di bawah angka produksi atsiri di tahun-tahun normal.Meika bilang di tahun normal, produksi atsiri secara nasional bertengger di angka 4.000 ton. Namun, sejak 2010, jumlah itu merosot tajam menjadi sekitar 2.500-3.000 ton. Faktor cuaca buruk yang mengganggu sepanjang tahun menjadi alasan utama penurunan produksi.Tahun 2010 lalu, produksi atsiri di seluruh daerah memang terganggu akibat hujan dan banjir sepanjang tahun. Akibatnya, produksi seluruh jenis atsiri mulai dari minyak nilam, cengkeh, dan sereh menurun. Di Sumatera misalnya, produksi minyak nilam turun sekitar 10%-20%. Begitu juga di Aceh yang merupakan daerah produsen minyak pala, produksinya turun 10%-20%.

Meika bilang produsen atsiri tidak bisa berbuat apa-apa mengingat produksi atsiri sepenuhnya tergantung pada cuaca. "Kita belum punya teknologi yang memadai untuk mengatasi problem cuaca," jelas MeikaMeika bilang penurunan produksi itu tidak hanya terjadi di Indonesia. Produksi di beberapa negara produsen seperti Haiti dan Madagaskar juga menurun. Haiti dilanda krisis politik yang membuat produsen di sana kurang maksimal memacu produksinya. Sementara Madagaskar juga dilanda cuaca buruk dan banjir sepanjang tahun yang membuat produksi di sana turun cukup tinggi.Di tahun ini, Meika optimis cuaca tidak akan seburuk tahun lalu, sehingga berani menargetkan produksi atsiri bisa naik 25%. Faktor naiknya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor juga bisa menjadi stimulus produsen untuk mengatrol produksinya. Dia bilang, permintaan atsiri di Eropa, Amerika Serika (AS), India dan Jepang diprediksi bakal naik 5%.

Nilai ekspor amanMeski produksi atsiri tahun ini belum kembali ke titik normal, pengusaha atsiri Indonesia tidak terlalu khawatir. Togaraja Manurung, Ketua Asosiasi Minyak Atsiri Indonesia, mengatakan meski produksi belum normal, pengusaha tidak akan merugi karena diimbangi dengan kenaikan harganya.Togar bilang harga atsiri jenis cengkeh saat ini sudah mencapai US$ 15/kg, naik dari harga normal yang biasanya hanya US$ 5-US$ 6/kg. Begitu pula dengan harga minyak cengkeh yang sebesar US$ 19/kg, melesat jauh dari harga normal yang sekitar US$ 5/kg. "Jadi dari produksi memang turun, tapi nilainya bakal tetap naik," ujar Togaraja kepada KONTAN.Ini diperkuat dari data Kementerian Perdagangan (Kemendag), yang menunjukkan nilai ekspor atsiri periode Januari-November 2010 mencapai US$ 417.700.000, naik 34,37% dari periode yang sama di 2009 yaitu US$ 310.800.000.Meika menambahkan, kenaikan harga atsiri juga bisa menjadi stimulus petani untuk memacu produksinya. "Mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih dari kenaikan harga ini," tandasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini