JAKARTA. Pemerintah terlalu optimistis menggunakan asumsi nilai tukar rupiah Rp 12.200 per dollar Amerika Serikat (AS) di RAPBNP 2015. Sama seperti tahun 2014, nilai tukar rupiah pada tahun 2015 ini akan menghadapi tekanan yang menyebabkan harga jualnya melemah. Bank Indonesia (BI) memperkirakan mata uang garuda akan bergerak pada kisaran Rp 12.200-Rp 12.800 per dollar AS. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pergerakan rupiah tahun ini masih akan dipengaruhi oleh pergerakan global terutama AS. Pertimbangan BI, mengacu pada pergerakan rupiah hingga 16 Januari 2015, rupiah menembus level Rp 12.623. "Itulah yang membuat kami memperkirakan rata-rata nilai tukar di 2015 akan berada di kisaran Rp 12.200-Rp 12.800," ujar Agus, di rapat Badan Anggaran DPR, Senin (19/1). Maka dari itu, asumsi nilai tukar rupiah di RAPBNP 2015 sebesar Rp 12.200 per dollar AS sangat rentan terpeleset dari target. Padahal, setiap pelemahan nilai tukar rupiah akan menyebabkan peningkatan anggaran belanja yang lebih besar dibandingkan penerimaan. Walhasil, defisit anggaran bisa bertambah besar.
Tahun ini rupiah masih dalam tekanan AS
JAKARTA. Pemerintah terlalu optimistis menggunakan asumsi nilai tukar rupiah Rp 12.200 per dollar Amerika Serikat (AS) di RAPBNP 2015. Sama seperti tahun 2014, nilai tukar rupiah pada tahun 2015 ini akan menghadapi tekanan yang menyebabkan harga jualnya melemah. Bank Indonesia (BI) memperkirakan mata uang garuda akan bergerak pada kisaran Rp 12.200-Rp 12.800 per dollar AS. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pergerakan rupiah tahun ini masih akan dipengaruhi oleh pergerakan global terutama AS. Pertimbangan BI, mengacu pada pergerakan rupiah hingga 16 Januari 2015, rupiah menembus level Rp 12.623. "Itulah yang membuat kami memperkirakan rata-rata nilai tukar di 2015 akan berada di kisaran Rp 12.200-Rp 12.800," ujar Agus, di rapat Badan Anggaran DPR, Senin (19/1). Maka dari itu, asumsi nilai tukar rupiah di RAPBNP 2015 sebesar Rp 12.200 per dollar AS sangat rentan terpeleset dari target. Padahal, setiap pelemahan nilai tukar rupiah akan menyebabkan peningkatan anggaran belanja yang lebih besar dibandingkan penerimaan. Walhasil, defisit anggaran bisa bertambah besar.