Tahun ini saatnya akumulasi investasi di reksadana



JAKARTA. Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 100 tahun 2013, cukup membawa angin segar bagi reksadana berbasis obligasi. Insentif pajak penghasilan obligasi atas kupon dan capital gain untuk reksa dana masih diberikan, yakni sebesar 5% hingga 2020. Sehingga, berinvestasi pada reksadana berbasis bisa menghasilkan imbal hasil lebih menarik dibandingkan investasi langsung pada obligasi. Pasalnya, pajak penghasilan final bagi investasi di obligasi dikenakan biaya 15% dari kupon dan capital gain.Menurut Rheza Karyanto, Head of Investment, Bancassurance, and Treasury Product Commonwealth Bank, bagi investor reksadana jangka panjang, tahun ini merupakan peluang baik untuk mengakumulasi investasi. Hal ini guna memperoleh imbal hasil optimal di saat valuasi pasar yang rendah. Berikut, beberapa ulasan untuk masing-masing jenis reksadana:Reksa Dana Pasar UangKenaikan suku bunga deposito sedikitnya telah membantu kenaikan imbal hasil reksadana pasar uang. Untuk tahun 2014, rata-rata imbal hasil reksadana pasar uang diperkirakan sekitar 6% per tahun. Memang, angka ini masih dibawah rata-rata inflasi selama 10 tahun terakhir yang sebesar 7,1%. Namun, masih cukup menarik karena setara dengan bunga deposito yang sebesar 7,5% per tahun.Reksa Dana Pendapatan Tetap dan TerproteksiDengan imbal hasil obligasi yang relatif tinggi dan insentif pajak. Reksadana pendapatan tetap dan reksadana terproteksi bisa menjadi investasi yang menarik.  Meskipun masih dibayangi sentimen negatif dari quantitative easing (QE), beberapa manajer investasi sudah mempersiapkan diri untuk meningkatkan durasi portofolio obligasi jika risiko dinilai sudah berkurang atau sentimen pasar semakin membaik.  Selanjutnya, reksadana terproteksi. Akhir tahun lalu sebuah reksa dana terproteksi berbasis obligasi korporasi dengan rating A bertenor 3 tahun mampu memberikan target imbal hasil menarik sebesar 8,5% per tahun. Angka ini sebanding dengan beberapa bunga deposito bank berskala kecil menengah. Namun, tidak ada dari bank-bank itu yang berani menawarkan tenor panjang. Diperkirakan, hal ini karena ada espektasi penurunan suku bunga di semester kedua 2014. Jadi, investasi di reksadana pendapatant etap dan terporteksi akan lebih menarik untuk dilakukan dalam jangka panjangReksa Dana Campuran dan SahamValuasi saham yang relatif rendah menjadi peluang yang menarik bagi investor tahun ini. Ekspektasi pertumbuhan laba perusahaan tahun 2014 ini menurut para analis akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan laba per saham atau earning per share (EPS) di kisaran 13%.Namun, di tengah fluktuasi pasar yang diperkirakan masih tinggi di semester pertama 2014, investor disarankan memilih reksadana saham dengan strategi diversifikasi yang menyeluruh. Jadi, tidak terlalu terkonsentrasi pada sektor atau saham tertentu. Adapun reksadana dengan strategi bottom up yang fokus pada pemilihan saham-saham unggulan akan lebih berpeluang memberikan imbal hasil lebih optimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie