Tahun lalu, ADRO pangkas utang bank US$ 625 juta



JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mulai memangkas beban utangnya. Sepanjang tahun 2015 lalu, perseroan tercatat sudah membayar pinjaman bank sebesar US$ 625 juta. Hal itu membuat utang bersih ADRO terpangkas 25% year on year (yoy) menjadi US$ 865 juta.

Tahun lalu, ADRO memang melakukan pembiayaan kembali (refinancing) terhadap fasilitas pinjaman sebesar US$ 400 juta yang dimiliki perusahaan jasa tambangnya, yakni PT Saptaindra Sejati. Perseroan juga sudah membayar kembali fasilitas pinjaman sebesar US$ 160 juta milik perusahaan tongkang dan pemuatan kapal PT Maritim Barito Perkasa (MBP).

"Dari pembiayaan kembali itu, perseroan mendapat tingkat bunga yang lebih kompetitif dan masa jatuh tempo yang lebih panjang," ujar Garibaldi Thohir, Direktur Utama ADRO dalam laporannya, Selasa (15/3).


Total liabilitas perseroan memang kini menyusut menjadi US$ 2,6 miliar dari tahun sebelumnya US$ 3,1 miliar. Saat ini, perseroan memiliki akses likuiditas sebesar US$ 762 juta termasuk fasilitas pinjaman bank yang belum dipakai sebesar US$ 60 juta.

"Jadwal pembayaran utang rata-rata untuk enam tahun ke depan dari 2016-2021 sekitar US$ 252 per tahun," ujarnya.

Sepanjang tahun 2015, perseroan mengeluarkan belanja modal sebesar US$ 98 juta, turun 40% dari tahun sebelumnya. Pengeluaran belanja modal ini digunakan untuk aktivitas pemeliharaan rutin termasuk akuisisi aset dengan mekanisme sewa pembiayaan.

Kini perseroan membukukan arus kas bebas sebesar US$ 458 juta. Saat ini, rasio utang terhadap EBITDA mencapai 1,18 kali dan rasio utang bersih terhadap ekuitas sebesar 0,26 kali.

Meski beban utang sudah menurun, namun turunnya harga komoditas masih menekan kinerja penjualan dan laba bersih perseroan. Pada tahun 2015, ADRO membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 2,6 miliar atau turun 19% yoy karena ada penurunan volume penjualan sebesar 7% dan penurunan harga jual rata-rata sebesar 14%.

Penurunan pendapatan usaha turut memangkas laba bersih perusahaan yang turun 17% menjadi US$ 151 juta. Tahun ini, perseroan berharap bisa membukukan produksi batubara sebesar 52 juta ton sampai 54 juta ton, dengan nisbah kupas 4,71 kali.

Sementara itu, biaya kas batubara diprediksi mencapai US$ 26 per ton hingga US$ 28 per ton. Perseroan menganggarkan belanja modal sama seperti tahun lalu di kisaran US$ 75 juta hingga US$ 100 juta. Sementara target EBITDA operasional diharapkan mencapai US$ 450 juta hingga US$ 700 juta.

Ariyanto Kurniawan dan Yudha Gautama, Analis Mandiri Sekuritas dalam risetnya Selasa (15/3) mengatakan, masih ada resiko permintaan ekspor batubara yang lebih rendah, termasuk resiko terhadap rata-rata harga jual. Ariyanto merekomendasikan Netral untuk saham ADRO dengan target harga Rp 700 per saham.

Saham ADRO ditutup turun 5,41% ke level Rp 700 per saham.

Narita Indrastiti

Tahun lalu, ADRO pangkas utang bank US$ 625 juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia