Tahun lalu impor teh melejit menjadi 24.396 ton



JAKARTA. Konsumen teh Indonesia semakin tergantung pada impor. Buktinya, impor teh tahun lalu melonjak 23% menjadi 24.396 ton dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi dalam negeri dan peningkatan permintaan domestik yang tidak seimbang membuat impor terus meningkat tiap tahun.

Data Dewan Teh Indonesia (DTI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, dalam tiga sampai empat tahun terakhir impor bahan baku teh naik rata-rata 20% hingga 30% per tahun. Tahun lalu impor teh sekitar 20.000 ton

Andrew T Supit, Direktur Pemasaran dan Promosi DTI mengatakan, produksi teh lokal saat ini tidak mencukupi konsumsi domestik. "Produksi teh lokal menurun besar sekali," katanya, kemarin.


Penurunan produksi terjadi seiring dengan penyusutan lahan perkebunan teh. DTI mencatat, setiap tahun penyusutan lahan teh mencapai 2.000 hektare (ha)- 3.000 ha. Penyusutan lahan mengakibatkan   potensi kehilangan produksi sebesar 1.600 ton per tahun.

Menurut Atik Darmadi, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Teh Indonesia (ATI), penyusutan lahan perkebunan teh disebabkan karena konversi tanaman teh ke tanaman lain. Penyusutan lahan diiringi penurunan produktivitas karena pengelolaan tanaman teh yang kurang bagus di bawah standar. "Usia tanaman sudah tua dan harus dilakukan replanting," katanya.

Menurut data ATI, di tahun 2003 produksi teh Indonesia mencapai 169.819 ton. Namun, pada tahun 2011, produksi teh hanya 119.651 ton dihasilkan dari luas lahan perkebunan teh nasional sebesar 123.500 ha. Sebelumnya, lahan teh ini mencapai 157.000 ha. Tidak mengherankan apabila jumlah impor teh melejit.

Untuk menahan gempuran impor, Pemerintah Indonesia berencana menaikkan bea masuk impor teh mentah atau curah dan produk olahannya yang selama ini hanya 5%. "Pemerintah harus memilah jenis teh impor untuk dinaikkan bea masuknya, terutama pada produk hilir," kata Andrew.

Selama ini impor teh masih didominasi jenis teh curah. Andrew bilang, prosentase teh curah impor mencapai 80%-90% dari total impor teh. Sementara untuk produk hilir relatif masih kecil. Namun demikian, Andrew khawatir bila tidak segera disikapi maka impor produk jadi teh akan semakin tinggi dan menekan industri dalam negeri.

Iman Bimantara, Direktur Operasi PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) mendukung diberlakukannya non tariff barrier bagi produk teh yang masuk ke Indonesia. "Teh Indonesia yang akan diekspor setidaknya terkena 16 non tariff barrier," ujar Iman.

Untuk bisa masuk Vietnam, Iman bilang, teh Indonesia terkena bea masuk hingga 30%, Srilangka 75%, dan Jepang 140%. Selain hambatan tarif, Srilangka juga memberlakukan hambatan non tarif berupa  delapan syarat impor teh, seperti  tidak boleh banyak tulang dan batas tertentu kandungan abu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa