JAKARTA. Tahun lalu memang bukan tahun cemerlang bagi industri perusahaan pembiayaan. Tak terkecuali bagi PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance). Aktivitas pembiayaan melambat seiring dengan penurunan daya beli masyarakat sebagai dampak dari makro ekonomi dan peningkatan inflasi dan kenaikan suku bunga acuan. Akibatnya, laba bersih perusahaan berkode saham ADMF ini tergerus hingga 53%, yakni dari Rp 1,7 triliun pada tahun 2013 lalu menjadi hanya sebesar Rp 792 miliar pada akhir tahun 2014. “Koreksi laba terutama dikarenakan kenaikan beban pendanaan, peningkatan biaya operasional dengan adanya peraturan terkait fidusia, kenaikan upah minimum regional, termasuk pencatatan akuntansi,” tutur Willy Suwandi Dharma, Direktur Utama Adira Finance, Jumat (30/1).
Tahun lalu, laba Adira Finance susut 53%
JAKARTA. Tahun lalu memang bukan tahun cemerlang bagi industri perusahaan pembiayaan. Tak terkecuali bagi PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance). Aktivitas pembiayaan melambat seiring dengan penurunan daya beli masyarakat sebagai dampak dari makro ekonomi dan peningkatan inflasi dan kenaikan suku bunga acuan. Akibatnya, laba bersih perusahaan berkode saham ADMF ini tergerus hingga 53%, yakni dari Rp 1,7 triliun pada tahun 2013 lalu menjadi hanya sebesar Rp 792 miliar pada akhir tahun 2014. “Koreksi laba terutama dikarenakan kenaikan beban pendanaan, peningkatan biaya operasional dengan adanya peraturan terkait fidusia, kenaikan upah minimum regional, termasuk pencatatan akuntansi,” tutur Willy Suwandi Dharma, Direktur Utama Adira Finance, Jumat (30/1).