Tahun Lalu Laba Asuransi Umum Tumbuh 21,9%



JAKARTA. Tidak salah banyak investor asing membidik asuransi nasional. Selain pasarnya besar, iming-iming keuntungan juga menjanjikan. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), tahun lalu laba asuransi umum mencapai Rp 4,7 triliun atau tumbuh 21,9% dibandingkan tahun sebelumnya, Rp 3,9 triliun. Kabar ini sangat menggembirakan. Mengingat di tahun 2011, laba asuransi umum justru anjlok 7,8%. Pertumbuhan kali ini ditopang oleh membaiknya perolehan laba sebagian besar pelaku asuransi umum. Dari total 78 perusahaan yang melaporkan keuangan mereka, sebanyak 69 perusahaan membukukan laba positif. Sisanya, 9 perusahaan masih merugikan.Peningkatan laba ditopang pertumbuhan hasil undewritting sebesar 22,5%, menjadi Rp 7,38 triliun Meski tahun lalu terjadi klaim besar, hal tersebut tidak sampai menekan perolehan underwriting. Maklum, beban usaha  hanya naik 11,7%, menjadi sekitar Rp 5,5 triliun.Faktor terakhir yang mengerek laba datang dari pos investasi. Akhir Desember 2012, hasil investasi mencapai Rp 3,2 triliun. Angka ini tumbuh 10,4% dibandingkan perolehan sebelumnya, sekitar Rp 2,96 triliun. Menurut Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI, ada dua hal yang menyebabkan laba tumbuh. Pertama, pelaku asuransi lebih hati-hati dalam mengelola risiko. Pelaku selektif menerima premi yang berisiko klaim besar.Kedua, pelaku diuntungkan tidak ada klaim katastropi. Meski ada klaim satelit yang dijamin Asuransi Jasindo, tetapi hal itu tak terlalu masalah. Mengingat, premi satelit lebih banyak "dibuang" ke reasuransi luar negeri. Alhasil ketika klaim terjadi, asuransi justru mendapatkan ganti rugi dari reasuransi.Budi Herawan, Kepala Bidang Statistik, Informasi dan Analisa AAUI, menambahkan membaiknya laba kemungkinkan karena faktor lini bisnis. Banyak perusahaan asuransi mulai membidik asuransi kendaraan bermotor. Retensi alias premi yang ditahan sendiri oleh perusahaan lebih besar. Selain itu, di tahun 2012, permodalan asuransi naik. Walhasil, tingkat daya tampung premi  lebih banyak. "Otomatis mendorong premi," tegas Budi.Pertumbuhan tersebut cukup menjanjikan jika dibandingkan negara ASEAN. Pertumbuhan ini lebih baik dibanding Malaysia dan Singapura. Pertumbuhan kedua negara sudah jenuh. Indonesia justru mirip Thailand yang masih mencatatkan pertumbuhan bisnis asuransi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Roy Franedya